Sudah 3 minggu Rindu bekerja, dan kini hari dimana ia mendapat gaji. Meski tidak full setidaknya masih cukup untuk biaya hidupnya. Beruntung Rindu bukan orang yang hambur pada uang, jadi ia bisa apik dalam memilah pengeluaran. Dengan senang ia mendatangi Askar yang sedang fokus dengan laptop diruangannya. Netra mereka saling besitubruk membuat Askar tersenyum dan mengayunkan tangannya meminta Rindu untuk mendekat.
"Ada apa Rindu?" Tanya Askar yang kini fokus menatap Rindu.
"Saya mau izin sebentar pa."
"Mau kemana?" Askar mengangkat kedua alisnya dengan raut bingung.
"Bidan. Saya mau mengecek kandungan." Rindu menjawab dengan pelan namun masih terdengar oleh Askar.
"Oh. Tunggu sebentar." Askar berlalu keluar meninggalkan Rindu yang kini terduduk sendiri diruangannya, tapi tak lama karna beberapa menit kemudia bos nya itu datang kembali bersama dengan Satya yang mengekor dibelakang.
"Kamu diantar Satya ya biar aman dijalannya. Bawa motornya hati-hati ya Satya dan kamu tidak bisa menolak Rindu atau saya tidak akan mengizinkan kamu pergi." Rindu hanya mengangguk menerima tawaran Askar, kini ia izin pergi keluar yang diikuti oleh Satya dari belakang.
"Duduknya kaya gimana?" Tanya Rindu pada Satya.
"Senyamannya kamu aja Rin." Jawab Satya sambil tersenyum.
"Ga akan pegangan? Nanti jatuh." Rindu langsung memeluk Satya setelah mendengar ucapan Satya. Ia tidak ingin jatuh, ia masih ingin sehat agar anaknya sehat. Namun ia tak tau jantung Satya memompa berkali-kali lipat dengan mata memperhatikan tangan Rindu yang bertautan diatas perutnya.
"Mas ga jalan?" Pertanyaan polos Rindu membuat Satya tersadar dan gelagapan menjawab Rindu, langsung saja menjalankan motornya menuju bidan terdekat. Hanya 15 menit saja mereka sudah sampai dibidan.
Rindu berjalan degan ragu menatap orang-orang yang berada disana. Satya sadar dengan sikap Rindu maka inisiatif ia menggandeng tangan Rindu berjalan menuju meja resepsionis untuk mendaftar. Setelah mendaftar kini Rindu terduduk dengan Satya menunggu namanya dipanggil. Mereka berdua tak henti menatap pasangan suami istri yang memeriksa calon anak mereka. Hati Satya menghangat berharap ia bisa selalu seperti ini mengantar Rindu, ia memalingkan wajahnya menatap Rindu yang kini fokus menatap seorang laki-laki mengelus perut buncit istrinya yang duduk tak jauh dari mereka.
"Sabar Rin, jangan takut ada Mas, Adam dan bos Askar." Ucap Satya dengan tangan refleks mengelus perut Rindu yang sedikit membuncit.
"Makasih mas."
"Sam---"
"Ibu Rindu Eka Rembulan!" Teriak salah satu suster memanggil namanya memanggil. Mereka berdua berdiri memasuki ruangan.
"Ibu Rindu?" Tanya bidan yang dilihat dari name tag nya bernama Aisyah.
"Iya dok, saya Rindu." Jawab Rindu sambil tersenyum membuat sang bidan ikutan tersenyum. Selanjutnya bidan itupun menanyakan beberapa pertanyaan seperti berapa lama kandungan Rindu, kapan terakhir periksa, dan keluhan apa yang dialami. Namun Rindu terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan jujur.
"Mungkin sekitar 2 atau 3 bulan? Saya belum pernah memeriksakannya dok, dan untuk keluhan saya tidak mengalami keluhan apapun selama ini."
"Yakin?" Tanya bidan Aisyah yang dibalas anggukan mantap oleh Rindu. "Mual? Pening? Ngidam? Atau sulit makan mungkin?" Rindu langsung menggeleng karna benar ia tak mengalami hal itu.
"Apa bapaknya yang mengalami?" Tanya bidan pada Satya, sedangkan yang ditanya hanya melongo menunjuk dirinya. "Iya, apa bapak mengalami hal-hal seperti morning sicknes, mual, pening, sulit makan atau ngidam?" Lagi, Satya seperti Rindu menggeleng kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Rindu
ChickLit*Biar sama sama enak jangan lupa follow author ya ♥️ MOHON MAAF INI MAH YA DILARANG COPAS CERITA INI, SEBAGIAN APALAGI SEMUA NYA, hargai otak ini yang berfikir keras untuk membuat cerita ini ----------------------------------------------------- Tent...