Jam sudah menunjukkan pukul 16.03, Bara berjalan keluar dari ruangannya dengan dasi yang sudah longgar, jas ia sampirkan pada tangan yang menenteng tas kerjanya. Menatap sebentar Zahra yang berdiri dihadapannya sebelum melambaikan tangan dan berkata ia akan pulang membawa beberapa berkas yang akan diselesaikan dirumah. Berjalan memasuki lift ia menyender lelah, bagaimana tidak lelah hampir seharian mengurus berkas-berkas yang ternyata selama ia tidak bekerja tak ada satupun yang mengerjakannya. Ulah siapa lagi jika bukan seorang Bramantha ayah Bara tercinta.
Dengan wajah dingin Bara berjalan melewati karyawan yang berlalu lalang di loby yang sesekali menyapanya, tapi ia abaikan. Dalam mobil Bara terus memikirkan kira-kira apa yang akan ia bawa untuk anak serta istrinya dirumah. Oke, Bara akan membawa sesuatu yang pasti membuat Rindu bahagia. Ia memberhentikan mobilnya depan sebuah toko pinggir jalan, memasukinya sebentar dan keluar menenteng pepper bag yang lalu kembali memasuki mobilnya menjalankan dengan cepat.
Dengan raut wajah berbinar Bara memasuki rumahnya dengan meneriaki nama Rindu, lupa mengucap salam. Namun langkahnya terhenti saat melihat beberapa pria duduk disofa menatapnya tengil duduk bersama dengan Rindu. Jangan lupakan masing-masing anaknya yang berada dipangkuan para pria itu. Bara berjalan dengan raut datar menghampiri mereka namun mereka malah bangkit serta menggiring Rindu menjauhinya.
"Sialan!" Umpat Bara keras saat ketiga sahabatnya terus-terusan menjauhkan Rindu dari Bara membuat ketiganya terbahak. Siapa lagi jika bukan Raendra, Raja dan Kelvin.
"Rindu sini! Ga boleh kaya gitu sama suami!" Ujar Bara tajam dengan tangan melambai lambai mengisyaratkan untuk menghampiri.
"Yang butuh yang nyamperin dong!" Ujar ketiga sahabatnya kompak.
"Si--"
"Jangan mengumpat depan anak-anak, ga baik mas!" Tegus Rindu dengan tatapan tajam, jangan lupa tangan yang ia tolak dipinggang. Bukan takut yang ada Bara malah gemas.
Dengan cepat Bara berlari menghampiri Rindu. Langsung menggendongnya ala bridal style membawanya ke lantai 2, tepat kamarnya berada. Dengan mengabaikan pekikan serta pukulan Rindu, Bara malah tersenyum miring dan mempercepat langkahnya menuju kamar. Mengkunci pintu kamarnya ganda, Bara membaringkan Rindu diatas kasur serta langsung menindih tubuh kecil Rindu. Ah meskipun badannya masih berisi pasca melahirkan ,tapi bagi Bara itu sexy.
"Istri nakal harus dihukum." Ujar Bara langsung melumat bibir Rindu tak memberi Rindu kesempatan untuk menjawab serta mencoba mengabaikan ketiga sahabatnya yang menggedor pintu kencang.
Anggap saja itu hukuman untuk ketiga sahabatnya yang berani berbuat menyebalkan pada seorang Barabas. Menjaga ketiga anaknya selagi ia membuat Bara junior yang lain bukanlah hukuman yang berat. Mungkin sedikit kelimpungan saat salah satu menangis dan mencari gunung kembar milik Rindu satu-satunya tempat pangan mereka.
"Mmmaaashh euhss it- aaahh itu--"
"Itu apa sayang?" Tanya Bara disela ia memompa Rindu.
Plak. Rindu memukul lengan kekar Bara yang hanya dibalas kekehan oleh pria itu.
"Itu kasian anak-anak kalo nyari aku gimana ihhh." Jawab Rindu dengan raut memerah mencoba marah namun lagi-lagi ia malah mendesah semakin membuat Bara gemas.
Ga akan ada yang namanya KB atau apapun itu. Ia akan membuat Bara junior sebanyak mungkin mengalahkan keluarga petir yang terkenal itu. Bara tak akan kalah. Apalagi jika prosesnya setiap malam, dengan senang hati Bara melakukannya. Tapi Bara seolah lupa sakitnya melahirkan serta tersiksanya morning sicknes itu seperti apa.
*
"Gila udah sejam ini, itu si Bara berapa ronde sih?" Gerutu Kelvin yang kini menyenderkan tubuhnya pada sofa dengan tangan menggendong Abinara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Rindu
ChickLit*Biar sama sama enak jangan lupa follow author ya ♥️ MOHON MAAF INI MAH YA DILARANG COPAS CERITA INI, SEBAGIAN APALAGI SEMUA NYA, hargai otak ini yang berfikir keras untuk membuat cerita ini ----------------------------------------------------- Tent...