Bara Rindu - 21

43.4K 2.7K 25
                                    

"Pak Raindra!" Panggil Suster lagi membuat Raind berdecak, menatap Raenand dan melepas cekalan tangan Raenand.

"Jadi lo yang namanya Bara?" Tunjuk Raind pada Bara, namun yang ditunjuk hanya terpejam merasakan sakit.

"Ethan!" Panggil Raenand kencang dan menurunkan tunjukan tangan sepupunya itu. "Please, abang mohon sama kamu." Lanjutnya dengan sangat lirih membuat Raind berdecak - lagi.

"Jangan cemen lo! Kalo mau ketemu Rindu buruan bangun jangan rebahan kaya ga punya tenaga aja! Gue ga akan biarin lo masuk ketemu Rindu kalo masih lemah gini! Anak lo udah mau lahir, dan lo masih mau lemah gini? Cemen!" Ujar Raind pada Bara membuat Bara membuka matanya cepat serta menatap Raind tajam.

Tau jika Bara akan membalas ucapan Raind, Kelvin langsung membungkam mulutnya dan membantu Bara berdiri mendudukkannya diatas kursi roda yang sudah Antha ambil. Kini mereka saling memandang Raind membuat pria itu menghela nafas dan berjalan tergesa menuju ruangan Rindu yang tak jauh dari UGD dan dekat dengan ruang bersalin.

Arrgghhhh. Raiiinnnnd...  Rintihan Rindu terdengar sangat jelas saat Raind baru saja membuka pintu, namun saat Raind akan berlari menghampiri Bara sudah lebih dulu berlari dengan merasakan sakit namun ia tahan sekuat tenaga. Bara menyentuh tangan Rindu serta menghapus keringat yang keluar didahi wanita itu.

"Rindu....." Panggil Bara lirih.

"Mas Bara... Ssttt sa-kiiittt." Panggil Rindu dengan lirih sedikit membuka matanya.

"Saya tau. Saya juga merasakan sakit yang sama Rindu, saya harap kamu bertahan. Kita berjuang bersama." Ujar Bara memaksakan senyumannya , mengangkat tangan kanan dan mengelus pelan perut besar Rindu. Menahan rasa sakitnya sendiri.

Arrggghhh. Rintihan dari Rindu dan Bara bersamaan membuat orang-orang yang masih berdiri didepan pintu pun tersadar dan segera memanggil dokter. Kelvin berlari menghampiri Bara yang sudah terduduk dilantai namun tangan kiri masih memegang tangan Rindu, Raindra mengelus pelan kepala Rindu. Hingga tak berselang lama dokter serta suster datang untuk mengecek Rindu.

"Air ketubannya sudah pecah dan pembukaan sudah sempurna, kita pindahkan ibu Rindu keruang bersalin sekarang dan tolong untuk bapaknya dilepaskan tangan pada bu Rindu." Ujar dokter.

"Biarkan anak saya ikut dok, biar mereka bersama disana. Anak saya merasakan hal sama dengan Rindu. Anda pernah dengar jika ada beberapa kasus didunia ini yang dimana suami juga merasakan sakit yang sama saat istri melahirkan?" Tanya Antha yang dibalas anggukan kepala oleh dokter itu. "Nah itu sedang terjadi saat ini pada anak saya."lanjutnya membuat dokter terkaget tak percaya.

"Kalau begitu suster siapkan ruang bersalin dan siapkan satu tempat lagi untuk suaminya. Kasih jarak 1 meter saja agar mereka bisa saling menguatkan berpegangan tangan." Perintah dokter itu yang langsung dituruti oleh suster. "Ibunya tarik nafas dan tahan sebentar ya, bapaknya mau naik kursi roda atau bagaimana?"

"Satu ranjang bisa?" Tanya Bara lirih. "Kel bantu aku." Pinta Bara pada Kelvin.

Kelvin membantu Bara untuk berdiri dan merebahkan diri disisi kiri Rindu dengan posisi memiring memeluk perut Rindu sayang. Kepalanya Bara simpan diceruk leher Rindu sedangkan tangannya kirinya kirinya sudah dijadikan bantalan oleh Rindu yang.

"Kita berjuang bareng." Ujar Bara pelan tepat ditelinga Rindu.

"Iya mas." Jawab Rindu ditengah rintihannya.

Interaksi itu tak lepas dari pandangan sekitar, hingga suster datang mendorong brangkar Rindu menuju ruang bersalin. Bara dipindahkan ke brangkar yang disiapkan khusus untuk dirinya sedangkan Rindu sudah dipindahkan ke meja bersalin. Tautan tangan mereka tak lepas yang ada semakin kuat.

Bara RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang