sepuluh

2.3K 171 3
                                    

Berdua mereka kini duduk di atas lantai sambil berpangku tangan. "Jung...." lirih Seya penuh kesedihan menatap ranjangnya yang ambruk hanya bertahan pada satu kaki.

Merasa terpanggil dan bersalah Jungkook melirik ke arah Seya, "Kau punya gergaji?" Seya menggeleng, Jungkook pun menghela nafas, karena rencananya untuk memotong kaki yang tampak berdiri kokoh sebelah itu seketika hancur. Sambil memikirkan rencana selanjutnya ia pun melirik ke arah jendela, tampaknya hujan sediriki mereda. "Seya, mau ikut denganku tidak?" tanyanya hati-hati, mengingat kemarin Seya langsung menolak ajakannya. Tanpa menjawab Seya kini hanya menatapnya seolah bertanya 'kemana?'

"Ikut saja, ayo." Jungkook pun bangkit berdiri hendak mengganti kain pantai yang ia kenakan dengan pakaian basahnya. "Jangan pakai itu kau bisa sakit." cegah Seya, masih bergeming dari duduknya.

"Tapi aku tak punya pakaian lain, Seya. Lagi pula sekarang aku sudah tak apa-apa. Hatiku yang menghangat karenamu akan menghangatkan tubuhku, mengalahkan dinginnya hujan dan pakaian basah itu."

"Tukang gombal." cibir Seya, "Ya sudah terserah kau saja, asal jika kau sakit kau tak menyalahkanku."

Jungkook tersenyum lalu menunduk mencondongkan dirinya ke arah Seya lalu mencuri kecupan di bibir wanita itu. "Aku mencintaimu." ucapnya kemudian berlalu menuju kamar mandi meninggalkan Seya yang tersenyum dengan wajah memerah. Tak pernah ia duga kisahnya dan Jungkook akhirnya bisa dimulai dengan cara yang sedikit ektrim, yang hampir membuat pemuda itu celaka.

"Melamunkan apa?" Seya terkesiap. Tau-tau Jungkook sudah berdiri di depannya sementara Seya masih bergeming duduk melamun dengan pikirannya yang terbang ke mana-mana. Pakaian Jungkook masih basah seperti sebelumnya, maklum Seya tak punya mesin pengering pakaian.

"Ah, Jungkook kau sudah selesai..cepat sekali."

"Aku tak mau membuatmu menunggu, ayo." pemuda itu mengulurkan tangannya lalu membantu Seya berdiri "Jungkook, aku ganti baju dulu.."

"Tak, usah. Kau sudah cantik meski tampil seperti ini, aku suka."

Seya tersipu Jungkook memang pandai membuatnya melambung dengan kata-katanya. "Berhentilah menggodaku seperti itu." ucap Seya dengan ekspresi malu-malu. Kemudian berderap melangkahkan kakinya mengambil tas selempangnya. Ia pun mengambil masker dari dalam lemari. "Pakai ini."

"Ah, terimakasih."

Tak berapa lama kemudian mereka telah ada di dalam mobil. Jungkook melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang, karena curah hujan yang turun masih menghalangi penglihatan meski pun tak selebat tadi atau semalam.

"Kita mau kemana, Jungkook?" tanya Seya saat mereka memasuki sebuah kawasan perumahan elit di kawasan Seongsu-dong. Jungkook melirik gadisnya dengan ujung matanya "Ke apartementku, aku kedinginan dan kau harus menghangatkanku." ia mengirim winknya dengan ekpresi jahil, menggoda.

"Mwo???" "Tidak mau!" protes Seya tegas. Perlahan Jungkook sudah merapatkan mobilnya di basemant hingga mobil itu berhenti namun mesin mobilnya masih menyala ia melepas sabuk pengamannya lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Seya, mendekatkan wajahnya ke wajah sang wanita yang kini memundurkan dirinya hingga mentok di ujung pintu. "Sayangnya kau tak bisa menghindar, chagiya.." bisiknya seduktive. "Mari kita bersenang-senang." lalu tanpa aba-aba Jungkook kembali mencuri kecupan di bibir sang wanita.

Sejenak degup jantung Kim Seya bertalu, nafasnya sesak, padahal sudah sejak tadi mereka berciuman juga bahkan hampir memasuki tahap yang lebih intim kalau saja ranjangnya tak segera ambruk. Tapi menatap Jungkook yang sekarang berada begitu dekat di wajahnya sungguh membuatnya terkesima.

Pria itu sangat tampan. Goresan kecil di pipinya akibat luka yang pernah singgah di sana saat ia dan sang kakak berebut mainan dulu tampak samar namun tak mengurangi kadar ketampanan seorang Jeon Jungkook. Manik matanya yang hitam dengan memancarkan ambisi dan gairah mudanya yang meletup-letup, namun sekali waktu bisa berubah sendu dan memancarkan kasih yang seketika membuat Seya takluk. Ia tersenyum manis menyembunyikan gigi kelincinya yang khas. Bentuk wajahnya sempurna, tampan, dewasa namun juga menggemaskan seperti bayi.

Ma Busan BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang