delapan

2.1K 161 15
                                    

Segera Seya memutar badan saat merasakan tangan dingin seseorang menyentuh pundaknya. "Jungkook!!" pekikannya tertahan mendapati presesi sang pemuda yang masih berpakaian lengkap dengan hodie dan masker yang masih basah bahkan menetes dari baju-bajunya. "Apa yang kau lakukan? Ya Tuhan."

"Seya, ak__"

Bruk.

"Jungkook!! Jungkook bangun, woi bangun!!" teriak Seya pada tubuh Jungkook yang menimpanya. Seya kini kelimpungan mendapati tubuh Jungkook yang pingsan. Ingin menjerit minta tolong, rasanya tak mungkin karena jika Jungkook ketahuan ada di sana maka hidupnya pasti akan bermasalah, begitu juga dengan reputasi Jungkook sebagi idol.

Sialan.

Ia mengumpat sendiri lalu berusaha membawa tubuh pria yang basah itu ke dalam kamarnya. "Sekarang bagaimana?"

"Ck." Seya bergumam kesal, kemudian dengan terpaksa melepas satu persatu pakaian yang di kenakan Jungkook hingga kini ia mematung menatap boxer hitam sebagai penutup terakhir dari tubuh itu.

Tampak bingung, sambil sekali-sekali melirik ke arah Jungkook yang bersandar di kursi dalam keadaan tak sadarkam diri Seya terus berjalan mondar-mandir memikirikan apa yang harus dilakukannya dengan celana terakhir yang dipakai Jungkook.

Jika ia tak melepasnya lalu membawanya ke ranjang, maka sama saja, seprainya akan jadi basah. Kenapa tadi ia hanya meletakkan Jungkook di kursi bukan di ranjang, lalu melepas pakaiannya satu persatu itu karena Seya tak ingin seprai dan kasurnya basah. Tapi jika sekarang ia membiarkan Jungkook memakai boxernya bukankah itu percuma. "Ck." kembali Seya berdecak kesal. Akhirnya diputuskannya untuk mengambil kain untuk menutupi tubuh setengah bugil milik Jungkook, lalu ia menyusupkan tangannya ke bawah kain dan mulai menarik karet celana boxer pemuda itu.

"Eugh."

Namun tiba-tiba Jungkook mengerang, Seya tersentak dan seketika terdiam. Boxer Jungkook telah turun setengah bagian ketika Jungkook tersadar dan kini menatap Seya yang membungkuk di depannya dengan raut keheranan.

Karena merasa posisinya aneh dan ambigu Jungkook pun membuka selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya.

"KYAAA!!"

"KYAAA!!"

Jerit mereka berbarengan.

Seya segera melepaskan pegangannya pada celana boxer hitam itu lalu memalingkan tubuhnya dan menutup wajahnya yang memerah dengan kedua tangan. Nafasnya tersengal, jantungnya berdetak kencang.

Sementara di belakangnya Jungkook segera menaikan boxernya yang basah lalu menyelimuti badannya dengan kain tadi. Burung besarnya hampir saja lepas dari sangkar. "Apa yang kau lakukan?!! Kau mau memperkosaku ya!!" sarkasnya.

"Cih. Tidak akan!! Aku tak berminat meski jutaan wanita di luar sana memuja!!" berang Seya tak mau kalah. Ia pun menghentak kesal hendak berderap pergi tapi kalah cepat dengan gerakan Jungkook yang menarik tangannya lalu merengkuh tubuhnya. Satu tangannya memeluk erar pinggang ramping milik Seya, sementara satu tangannya yang lain masih memegang erat lengan wanita itu.

Seya jatuh terjerembab di dalam pelukan Jungkook, kedua tangannya bertumpu pada dada bidang Jungkook yang terekspose sempurna agar tubuhnya tak terlalu menempel dengan pria itu. "A...p...apa yang kau lakukan?" ucapnya terbata-bata.

"Harusnya aku yang bertanya Seya," Jungkook menatap tak berkedip ke manik hitam wanita di hadapannya membuat Seya gugup "Kenapa kau tak datang?"

"Apa aku bilang akan datang?" Seya mendelik tajam, tak mau kalah dengan obsidian Jungkook yang menguncinya.

Jungkook pun hanya bisa menghela nafas melihat perlawanan Seya. "Kau tau aku hampir mati beku, kehujanan dan kedinginan."

"Memang apa peduliku, itu pilihanmu, lagi pula kau punya mobil kan kenapa tak berlindung dalam mobilmu saja."

"Seya, apa kau....benar-benar membenciku?" ekspresi Jungkook menyendu, bahkan pelukannya pun melonggar.

"IYA." tegas Seya sembari mendorong tubuh Jungkook dan berjalan menjauhi pemuda itu.

Sekali lagi Jungkook menghela nafas lalu ia melempar pandangan ke sebuah keranjang yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Pakaiannya ada di sana. Maka dengan segera ia mengambil pakaian yang masih basah itu. Ia memakainya kembali.

"Seya, maafkan aku. Empat tahun lalu aku telah salah mengenalimu. Ya aku sangat bodoh, kupikir yang datang ke kamarku saat itu adalah kau, tapi ternyata aku salah. Itu Naeyon. Maaf Seya, tak ada sedikitpun keinginanku untuk menghianatimu, ataupun menduakanmu apalagi dengan saudara kembarmu. Aku...aku hanya belum bisa membedakan kalian. Maafkan aku." Jungkook menatap Seya sekilas yang berdiri di belakang meja dapur dan mematung tak menjawab apapun. Perlahan pemuda itu pun membungkukan badannya melakukan bow "Maafkan aku telah mengganggu waktumu. Aku permisi Kim Seya."

Sejenak Jungkook berdiri di depan pintu rumah Seya. Hujan kembali menguyur dengan sangat deras. Ia tidak tau sejak kapan hujan itu kembali turun, bahkan menurutnya jauh lebih lebat dari semalam. Tapi menurutnya itu tak masalah, toh semalam ia juga sudah kehujanan. Bahkan pakaian yang ia kenakan masih meneteskan air.

Katakanlah ia bodoh, karena kemarin harus rela menunggu Seya di depan gedung bioskop. Jungkook tau jika Seya benar-benar datang maka wanita itu pasti akan menggunakan taxi atau bus kota, bukan mobil seperti dirinya. Maka akan sia-sia jika Jungkook menunggu kedatangan Seya di dalam mobil yang ada di tempat parkir di belakang gedung. Karena itulah ia menunggu di depan, dan agak tersembunyi di bawah pohon rindang menghindari interaksi dengan orang lain. Agar tak ada yang menyadari kehadirannya.

Lewat jam 11 malam Seya tak datang Jungkook sadar wanita itu pasti mengabaikannya. Sejujurnya ia ingin kembali ke dorm, dan tidur di balik selimutnya yang hangat.

Tapi..

Kembali teringat pada Seya, ia pun menutuskan untuk menguji sejauh mana cinta itu masih bertahan di hati Seya. Maka ia menunggu hingga dinihari, hingga tubuhnya benar-benar membeku dan ia hampir terkena hypotermia barulah ia masuk ke mobilnya dan berderap ke alamat yang diberikan seseorang padanya. Itu adalah alamat rumah tinggal Seya.

Ia benar-benar ingin memastikan segalanya sekarang. Dan ya, sekarang ia mendapatkan jawabannya.

Kecewa? Tentu saja Jungkook kecewa, tapi ia akan berusaha menerima keputusan Kim Seya. Mungkin diantara mereka memang tak memiliki ikatan benang merah, jadi semuanya berantakan bahkan sebelum ia memulainya.

Jungkook menatap langit sekali lagi. Awan hitam bergulung semakin pekat dan hujan turun pun semakin deras, sepertinya sekarang ia benar-benar akan terkena hypotermia bahkan sebelum tubuhnya mencapai mobil yang ia parkir cukup jauh karena rumah itu ada diantara gang-gang sempit.

Jungkook menghela nafas. Lalu melangkahkan tungkainya. Namun baru tiga langkah ia berjalan seseorang menarik tangannya dari belakang hingga ia menoleh secara spontan. Jungkook tau Seya lah yang menariknya, tapi seketika ia membeku ketika dirasanya bibir gadis itu menyapu bibirnya.

Sejenak Jungkook menatap sang gadis yang bermain dengan bibirnya. Ia menyaksikan netra Seya yang terpejam dan merasakan lumatan lembut wanita itu atas bibirnya. Namun belum puas ia menikmati sentuhan Seya di bibirnya, Seya malah menghentikan aksinya.

"Kenapa tak membalasku, Jung, apa kau tak menyukainya? Apa aku tak seahli wanita-wanitamu yang lain?" Seya menatapnya, sesekali guyuran air hujan mengenai matanya dan membuatnya mengerjap. Jungkook tersenyum hangat lalu dengan cepat menarik tengkuk Seya dan menyambar bibir merah Kim Seya. Jungkook mengunci pergerakan wanita itu, dan bahkan Seya pun tak ingin bergerak atau menghindar lagi. Dengan serta merta ia mengalungkan kedua tangannya di leher Jungkook sambil kedua kakinya berjinjit memberikan akses bagi Jungkook untuk mengekplore bibirnya dengan lumatan-lumatannya yang halus membuai. Ditengah guyuran hujan bukan rasa dingin yang mereka rasakan, melainkan rasa hangat akan hadirnya cinta yang mereka nanti selama bertahun-tahun.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

End.

Ma Busan BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang