Happy Reading. Makasi udah vote dan koment. Makasi juga juga udah tetap setia dengan cerita ini.
.
.
.
.
.
."Oh My God!!" pekik Jungkook lalu melompat dari atas sofa. Bergegas ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Bahkan karena ia berlari saat nyawanya belum terkumpul sempurna ibu jari kakinya pun sampai terantuk meja "Sialan!" gerutunya sambil tetap melanjutkan langkahnya untuk mandi tak perduli meski kuku ibu jari kakinya tampak menghitam.
Semalam meski tidur awal karena rasa kecewanya, ternyata tak lantas membuatnya benar-benar terlelap. Rasa lapar bercampur rasa kesal membuatnya harus duduk di balkon menenangkan diri. Hingga lewat tengah malam barulah ia kembali masuk ke kamarnya dan tertidur di atas sofa yang sama.
Pagi ini, Jungkook ingin membuat sarapan untuk Seya, ia tak mau menyerah. Karena itulah ia mengumpat marah karena bangun terlambat. Maka kemudian secepatnya Jungkook membersihkan diri dan berganti pakaian lalu turun dengan berlari mengabaikan jempol kakinya yang mulai berdenyut sakit.
Ia bermaksud langsung masuk ke dapur sebelum kemudian terdiam saat melihat Seya berdiri di depan kompor menunggu sesuatu yang dimasaknya matang sempurna. Menatap pemandangan seperti itu kembali mengingatkannya pada sosok Seya sebelum semua perubahan ini terjadi. Sosok istrinya yang hangat dan akan memasak dengan bernyanyi kecil kemudian ia datang dan memeluk dari berlakang sambil mengelus perut sang istri yang semakin hari semakin buncit. Jungkook merindukan suasana itu.
"Oh, kau sudah bangun!" suara Seya yang dingin menyadarkannya dari lamunan. "Baguslah kalau begitu. Karena aku ingin bicara denganmu."
"I..iya..." jawab Jungkook dengan terbata. Suara Seya yang ketus dan dingin entah kenapa membuatnya takut. Takut jika wanita itu tiba-tiba pergi lagi dari sisinya.
Seya mematikan kompor, lalu menaruh semangkuk bubur bayi yang baru saja ia buat dan menyaringnya agar teksture bubur nasi campur sayuran itu tak terlalu kasar. Ia menghaluskan bubur itu dengan menekan-nekannya menggunakan sendok. Tanganya sangat terampil, sementara wajahnya sesekali menoleh ke arah bayinya yang tergantung di depan bagai bayi Kangguru yang tinggal di kantung ibunya.
"Mam..mam...mam..."
"Iya, kau lapar, 'kan? Sebentar lagi buburnya jadi. Sabar ya." ucap Seya sambil tersenyum pada bayinya yang memainkan sendok kecil di tangannya.
"Oh ya, Jungkook." Seya kembali bicara dengan dingin pada suaminya. "Aku hanya ingin katakan satu hal. Mulai hari ini dan sampai kapanpun juga jangan pernah lakukan apapun untukku! Terutama makanan itu!" Seya menunjuk ke atas meja makan "Karena aku tak akan pernah menyentuhnya!" Jungkook terdiam.
"Aku akan urus makananku sendiri. Asal kau tahu, selama tinggal di sini aku hanya butuh kamar tidur dan kamar mandi. Aku akan menggunakan dapurmu hanya untuk membuat bubur bayi. Selebihnya aku tak membutuhkan apapun lagi. Aku bisa mengurus diriku sendiri." Seya terus berbicara sambil menyelesaikan seluruh pekerjaannya.
"Kutegaskan sekali lagi! jangan lakukan apapun untuk menarik simpatiku karena aku tak akan tertarik sama sekali dan sampai kapanpun aku tak mau merubah keputusanku soal perceraian itu. Aku ada di sini hanya untuk memperjuangkan hak asuh Jungmin." Seya mengakhiri kata-katanya dengan ketus lalu beranjak pergi dari sana dan kembali ke kamarnya. Meninggalkan Jungkook yang terdiam dan hanya bisa menelan ludah pahit.
Setelah beberapa saat Jungkook pun berjalan dengan pelan menuju dapur itu. Ia membuat secangkir kopi untuk dirinya sendiri kemudian duduk di ruang makan. Hatinya terasa ngilu menatap makanan yang ia buat semalam tak tersentuh sama sekali. Dibukanya tudung saji di hadapannya. Lalu mengambil piring yang sudah ia siapkan dan tertata dengan rapi di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Busan Boy
FanfictionAdult 21+, Romance-drama Aku masih ingat saat kau naik pohon mangga lalu jatuh dan menindihku, karena sejak saat itulah kau mencuri hatiku dan kemudian membawanya pergi. Saat kini sayapmu sudah mengepak tinggi mungkinkah kau akan kembali untuk melet...