dua puluh tiga

1.5K 125 18
                                    

Berikan aku 50 vote untuk doble up seperti kemarin.

Happy reading.
.
.
.
.

Syukurlah keadaan cukup aman ketika pria berhodie lengkap dengan masker itu masuk ke dalam sebuah ruang rawat di Seoul Hospital.

Ia menurunkan masker dan hodienya lalu tersenyum manis saat mendapati sosok wanita cantik yang selalu ia puja tengah terlelap di atas bangkar. Perlahan langkahnya yang tanpa suara mendekati tubuh yang bergelung di balik selimut, dengan mata terpejam itu. Mengelus lembut surainya lalu menjatuhkan sebuah kecupan di keningnya "Cepat sembuh, sayang." bisiknya, sebelum kemudian mencium kedua mata kekasihnya, hidung, dan berakhir di bibirnya yang tampak sedikit pucat.

"Eugh." rasa kenyal dan basah yang menyapu lembut pada bibirnya, mau tidak mau memaksa Seya membuka matanya yang terpejam. Seketika netranya membola, saat melihat Jungkook begitu dekat dengan wajahnya dengan netranya yang terpejam menyecap bibirnya, bermain lembut di atas bibir itu seolah ia tak akan bisa melakukannya lagi di lain hari.

Seya pun.tersenyum dalam hati, lalu turut memejamkan kedua netranya, membiarkan sapuan halus itu terus menyesap bibir atas dan bawahnya menghadirkan kehangatatan dalam hatinya. Tangannya yang terbebas bahkan kini telah berpindah ke bahu kekasihnya dan ia mulai turut mengirimkan sinyal cinta yang sama dengan mengimbangi pergerakan Jungkook atas bibirnya.

Sesaat kemudian ciuman mereka pun terlepas. Manik indah mereka saling menyapa dalam jarak yang begitu dekat. Tangan kiri Jeon Jungkook masih menempel pada surai kekasihnya, sementara tangan kanannya menopang berat tubuhnya yang lain. Setelah dirasa pas, barulah ia naik ke atas bankar yang sama dan memposisikan dirinya untuk tidur di samping sang kekasih.

"Kenapa bisa sakit, heum?" suaranya yang halus menyapa indera Kim Seya. Membuatnya tersenyum lalu menjatuhkan kepalanya dalam pelukan prianya.

"Dokter bilang aku kelelahan, tekanan darahku turun."

"Ah..ku pikir kau hamil, padahal aku sudah sangat berharap."

"Ck." Seya mendecakkan lidahnya. "Itu tak akan terjadi,"

"Kenapa tidak, aku melakukannya tanpa pengaman dan ku yakin spermaku sehat."

"Jungkook aku sedang sakit, bodoh." ketus Seya karena pria itu terus menggodanya.

Sejenak Jungkook terkekeh. Lalu membenarkan posisinya dan memeluk tubuh di depannya. "Kenapa kemari? Kau tak ada kerjaan ya?"

"Kerjaanku yang paling penting ada di sini."

"Maksudmu?" tanya Seya seraya mendongak menatap wajah kekasihnya yang balik menatapnya "Jangan katakan kerjaanmu adalah menjagaku di sini."

"Bukan, masih ada yang lebih penting dari itu."

"Apa?"

"Meminta dokter untuk memastikan mahakaryaku berkembang di rahimmu."

"Jungkook!!" teriak Seya dengan nada merajuk sambil memukul dada sang pemuda. Pipinya benar-benar memerah mendengar perkataan sinting kekasihnya.

"Tapi, dokter tidak bilang kau kelelahan karena mendesahkan namaku, kan?"

"Aw." jerit Jungkook saat Seya mencubit pinggangnya. Kemudian ia pun terkekeh menampilkan gigi kelincinya.

"Seya..."

"Hm.."

"Cepatlah sembuh, aku ingin mengajakmu ke China." tuturnya dengan nada suara yang sedikit serius. "Kau tau, sepertimu yang iri pada Seonyi, aku juga iri pada Jimin hyung dan Tae-hyung. Pacar mereka selalu ada kemanapun mereka pergi."

Ma Busan BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang