"Hatiku Seya, kau mencuri hatiku......"
Seya terperanjat dan langsung menatap sangar pada sosok pria yang kini berdiri di dekat pintu sambil mendorong pintu itu dengan satu tangan dan menguncinya "Apa yang kau lakukan di sini Jungkook? Bukankah harusnya kau ada di sana bersama penggemarmu."
"Sayangnya di antara mereka tak ada yang menggoda imanku sepertimu." tungkainya melangkah lalu duduk di tempat yang sama dengan yang diduduki Seya sebelumnya. "Kau sendiri apa yang kau lakukan di sini? Pantas saja kau menghilang dari Busan rupanya kau ada di sini, apa kau begitu mencintaiku sampai menyusul ke Seoul."
"Cih." Gadis itu mendesis malas. Ia pun berderap pergi, dengan kesal apa lagi setelah tau kalau tuduhan pencurian itu hanya akal-akalan Jungkook semata.
Namun belum ada dua langkah ia bergerak Jungkook berdiri lalu menarik tangannya, dan kemudian tanpa aba-aba pria itu menangkup wajahnya lalu mencium bibir Seya dengan sangat lembut.
Segera Seya menodorong tubuh Jungkook, merasa tak rela jika pemuda itu menciumnya, hingga kemudian,
PLAK!
Satu tamparan keras mendarat di wajah Jungkook. Ia pun meringis sakit di pipinya, tapi kemudian segera mengabaikannya bergitu saja. Tangannya tetap memilih diam di tengkuk belakang Seya mengunci pergerakan gadis itu agar tak lari lagi. "Seya, dengarkan aku, Seya..." Seya terus berontak di dalam rengkuhan Jungkook, sambil menangis ia meronta ingin dilepaskan hingga membuat Jungkook kesal, dan tanpa sadar menghempaskan tubuh Seya ke atas sofa lalu menguncinya dengan posesif. Jungkook kembali melumat bibir Seya dengan intens. Ia hampir tampak seperti bajingan yang hendak memperkosa seorang wanita tak berdaya. Sementara Seya terus-menerus menitikkan air mata. Bayangan kejadian empat tahun lalu sejenak hinggap di dalam fikirannya.
Seminggu sebelum kepulangannya Jungkook berkirim surat kepadanya, mengatakan kalau ia akan pulang ke Busan untuk pertama kalinya setelah sekian tahun berlalu. Selain kakek dan neneknya orang yang paling ingin ditemuinya di Busan adalah dirinya, Seya sangat bahagia. Tak henti-hentinya gadis itu tersenyum, bahkan ia mengambil kurus kilat memasak dari ibunya demi Jungkook.
Hingga hari yang ditentukan pun tiba. Seya, yang baru saja pulang dari kota segera bergegas dengan dandanan yang sedikit berbeda. Layaknya gadis yang sedang jatuh cinta pada umumnya, ia tampil sedikit feminim. Mematut diri di cermin sambil menyentuh bibirnya yang mengenang ciuman pertama mereka.
Setelah sekian tahun terpisah kini mereka bahkan telah sama-sama lulus SMA, walaupun sekolah mereka terpisah. Seya di desa dan Jungkook ada di SOPA tempat yang sangat istimewa dan jadi idaman hampir semua remaja korea untuk bisa sekolah di sekolah bergengsi itu.
Puas dengan penampilannya, Seya segera memacu sepedanya menuju rumah nenek Jeon. Dengan ramah ia menyapa kakek Jeon yang ada di kebun belakang mereka. Seya memang selalu suka lewat halaman belakang jika datang berkunjung. Atas petunjuk kakek ia pun bergegas menuju kamar Jungkook. Membawa beberapa hadiah yang sudah ia persiapkan sejak lama.
Bermaksud memberi kejutan ia pun mendorong pintu yang sedikit terbuka itu tanpa mengetuknya, tepat saat itu juga Seya membeo di depan pintu menyaksikan bagaimana Jungkook menindih saudaranya dan menciumnya begitu intens. Mereka baru menyadari keberadaan Seya saat semua kotak hadiah yang ia bawa berjatuhan menimbulkan suara gaduh. Saat itu Seya masih bisa melihat penampilan Jungkook yang sedikit kacau, mungkin mereka baru saja bersiap untuk memulai persetubuhan yang lebih intim. Entahlah, Seya tak mau memikirkannya, ia lebih memilih untuk lari meninggalkan mereka dan mengabaikan panggilan Jungkook. Sejak saat itulah komunikasinya dengan Jeon Jungkook benar-benar terputus meski surat-surat untuknya masih terus berdatangan secara berkala, tapi ia tak membacanya dan malah langsung membakar semuanya. Hatinya terlalu sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Busan Boy
FanficAdult 21+, Romance-drama Aku masih ingat saat kau naik pohon mangga lalu jatuh dan menindihku, karena sejak saat itulah kau mencuri hatiku dan kemudian membawanya pergi. Saat kini sayapmu sudah mengepak tinggi mungkinkah kau akan kembali untuk melet...