extra part 6

1.2K 110 18
                                    

Happy reading. Don't be sad.😭😭😭
.
.
.
.
.
.
.

Jungkook mengambil coat yang tergantung di dekat pintu utama apartementnya. Tungkainya berderap cepat menuju lift yang akan membawanya ke basemant tempat mobilnya terparkir. Seperti biasa saat tak ada banyak kesibukan maka sesaat setelah sarapan seperti ini ia akan pergi mengunjungi seseorang yang ia cintai.

Jungkook pun bergegas melajukan kendaraannya menuju toko bunga. Setelah mendapatkan bunga yang ia cari, Jungkook kembali ke mobilnya lalu segera melaju ke area kuil yang sering ia kunjungi. Tempat dimana orang yang dicintai dan disayanginya tinggal selama tujuh bulan terakhir. Ya. Peristiwa mengerikan yang merenggut seluruh kebahagiannya itu sudah lewat tujuh bulan yang lalu. Itu artinya ia sudah hidup sendiri selama tujuh bulan lamanya. Ia telah kehilangan segalanya.

Setelah mendapatkan tempat parkir yang pas Jungkook pun turun dari mobilnya dengan sebucket bunga di tangannya. Mendadak hatinya merasa sesak, langkah kakinya melemah, tenaganya seolah menguap sirna hingga ia seperti menyeret paksa kedua tungkainya memasuki kuil itu.

Sejenak ia sembahyang di sana sebelum kembali melangkah. Berbelok di ujung koridor ia berpapasan dengan beberapa orang yang mengenalinya sebagai idol. Jungkook tersenyum seramah mungkin sembari melakukan bow membalas salam mereka. Hingga kini langkahnya terhenti di ambang pintu.

Air mata yang sudah menggenang di netranya pun seketika tumpah membasahi pipinya. Manik indah itu menatap nanar pada lemari penyimpanan guci abu jenazah yang terletak beberapa meter di depannya.

"Seya..." Tetes-tetes bening di netranya pun tumpah lebih banyak lagi saat mulutnya menggumamkan nama itu.

Di depan lemari kaca itu tampak berdiri sosok Kim Seya yang tengah menggendong bayi mereka. Wanita itu menatap ke arah satu guci yang akan ia kunjungi. Guci jenazah putra mereka yang lainnya. Jenazah adik si kembar.

Seya yang terdiam tak mendengar gumaman Jungkook yang lirih setengah berbisik. Tak menyadari bahwa beberapa meter di belakangnya berdiri seorang pria yang pernah mengisi hidupnya dengan kebahagiaan dan juga menggoreskan luka yang begitu dalam.

Sementara itu Jungkook hanya bisa membeku dengan debaran jantungnya yang bertalu. Terakhir kali ia bertemu wanita itu adalah sesaat sebelum Seya memintanya pergi menemui anaknya di ruang perawatan bayi karena setelah Seya ditangani di ruang ICU, Jungkook sama sekali tak diizinkan untuk mendekati anak dan istrinya oleh mertuanya sendiri. Hingga setelah Seya sembuh wanita itu menghilang entah kemana Jungkook benar-benar kehilangan jejaknya.

Dalam hati Jungkook benar-benar ingin menyapa wanita itu, bahkan tak hanya menyapa. Jungkook ingin langsung memeluknya hingga tanpa sadar tungkainya melangkah. Namun baru satu langkah pertama ia mendengar ucapan sang istri yang berbicara dengan buah hatinya yang sudah meninggal. Jungkook pun terdiam.

"Junghan-ah, begitu juga kau Jungmin." Seya mengelus rambut putranya yang tertidur "Maafkan eomma... Mungkin kau akan sangat kecewa dengan keputusan yang eomma ambil. Tapi...eomma tak punya pilihan. Eomma dan appa tak mungkin bersama lagi, karena itulah kali ini eomma datang untuk meminta izinmu agar semua masalah ini cepat selesai."

Seya menghapus air mata yang menetes membasahi pipinya, sebelum kembali bicara "Eomma... eomma masih sangat mencintai appa kalian, tapi...setiap kali eomma melihatnya di televisi yang terlihat bukan lagi appamu yang dipenuhi dengan cinta dan kasih sayangnya. Melainkan..." Seya menelan ludahnya yang tercekat di tenggorokan.

"Eomma hanya bisa melihat kalian bertiga. Ya, harusnya kalian sekarang hidup bertiga." Seya kembali menangis tertahan. Rasanya ia tak sanggup lagi mengingat semuanya.

Ma Busan BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang