HAPPY READING.
.
.
.
.
.
.Sudah sepuluh menit yang lalu ia ada di depan gedung berlambang timbangan itu. Dan sudah sepuluh menit juga ia berdiam di dalam mobilnya dengan bersandar pada sandaran kursi dan menatap gamang ke arah gedung. Di sinilah semua akan berakhir.
Sebulan yang lalu setelah pulang dari tempat penyimpanan jenazah Junghan, Jungkook pun menerima surat gugatan cerai dari Seya istrinya. Tepat seperti yang ia dengar dari pembicaraan sang istri di kuil waktu itu. Dan hari ini, ya hari ini adalah sidang putusan untuk mereka akan digelar. Jungkook pun telah menyerahkan segalanya pada pengacaranya sendiri.
Jika saja ia boleh memilih, sejatinya Jungkook enggan untuk datang ke tempat itu. Tempat yang akan benar-benar mengakhiri segalanya hanya dengan tiga kali ketokan palu hakim dan semuanya, kisahnya dengan Kim Seya pun hanya akan menjadi kenangan. Kisah cinta yang ia pertahankan dari masa remaja akan menghilang dalam waktu beberapa jam lagi. Tak bisa ia banyangkan seberapa hancur hidupnya setelah ini. Kehilangan Seya dan bayinya adalah hukuman terberat yang akan ia terima atas semua kesalahannya dan harus ia jalani sampai akhir hayatnya.
Masih bisa ia ingat bagimana si kembar membalas setiap sentuhannya dengan memukul atau menendang perut ibunya dari dalam kandungan dan itu selalu membuat mereka bergembira dan saling tatap sebelum kemudian akhirnya tertawa bersama. Jungkook sangat menyayangi Kim Seya, hingga satu kesalahan kecil yang dilakukan istrinya menjadi titik kehancuran segalanya. Harusnya ia menahan emosinya dan membiarkan Seya menumpahkan popcorn itu sesuai keinginannya. Ya, harusnya saat itu ia tidak marah dan pergi.
Mengingat semuanya membuat Jungkook kembali kesal pada dirinya sendiri lalu memukul-mukulkan bagian belakang kepalanya pada sandaran kursi kemudi. Hingga kemudian bunyi dering ponsel menghentikan kegilaannya.
Dilihatnya nama yang tertera di layar ponsel yang ternyata dari sang pengacara, maka kemudian Jungkook pun mengangkat sambungan teleponnya. Rupanya pengacaranya sedang mencari tahu tentang keberadaannya dimana dan menyatakan kalau sidang cerainya akan segera dimulai. Maka setelah ia mematikan sambungan telepon dan menyimpan ponselnya kembali Jungkook pun turun dari mobilnya. Ia berjalan bergegas menaiki tangga agar bisa segera sampai di ruang sidang dimana pengacaranya sudah menunggu.
Namun kemudian, tepat di langkah tiga terakhir dari tangga teratas ia kembali terdiam. Di ujung tangga paling atas tampak Kim Seya dan bayinya juga ibunya tengah berusaha terbebas dari serbuan wartawan yang memang sedang gencar-gencarnya memburu berita perceraian mereka. Pengacara yang mendampinginya pun tampak kesulitan menghadapi serbuan pertanyaan dari para wartawan itu.
"Jungkook...ayo pergi cepat!!" Jungkook yang terdiam menatap istrinya yang sebentar lagi akan berubah status menjadi mantan istri itu tak menyadari bahwa dirinya juga sedang diburu wartawan. Hingga kemudian seorang bodyguard yang membuntutinya menyeret tangannya keluar dari kerumunan barulah ia sadar akan kesalahannya lalu membungkuk sebentar guna meminta maaf pada para pemburu berita itu kemudian bergegas pergi dari sana.
*
"Jadi Nyonya Kim Seya sebagai penggugat dan Tuan Jeon Jungkook sebagai tergugat silahkan duduk di depan!" suara hakim pun terdengar memenuhi ruang sidang tertutup itu.
Di pihak Seya hanya ditemani ibu dan pengacaranya sedangkan di pihak Jungkook juga hanya ditemani kedua orang tuanya juga sang pengacara yang disewanya. Sementara beberapa orang perwakilan wartawan diizinkan masuk untuk menonton asalkan tidak membuat keributan.
Mendengar perintah hakim mereka berdua pun bangkit hampir bersamaan dari tempat duduknya yang terpisah cukup jauh. Sampai di depan hakim mereka pun kembali duduk hampir berbarengan. Sempat saling menatap selama beberapa detik sebelum akhirnya tersadarkan kembali oleh suara Hakim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Busan Boy
Fiksi PenggemarAdult 21+, Romance-drama Aku masih ingat saat kau naik pohon mangga lalu jatuh dan menindihku, karena sejak saat itulah kau mencuri hatiku dan kemudian membawanya pergi. Saat kini sayapmu sudah mengepak tinggi mungkinkah kau akan kembali untuk melet...