dua puluh empat

1.5K 111 6
                                    

"Ayo Seya." salah seorang staff membawa Kim Seya melangkah di antara kerumunan orang-orang. Sementara Jungkook dan rombongannya telah berderap lebih dulu di depannya. Sekali-sekali ia menoleh ke belakang guna memastikan Seya bisa berjalan dengan aman bersama beberapa staff lainnya. Ia sedikit cemas.

Dilihatnya Seya berjalan sedikit menunduk, dengan masker menutupi hidung dan bibirnya. Memakai celana jeans berwarna grey, kemeja lengan pendek dan coat hitam. Rambutnya yang sedikit pirang karena cat rambut yang ia pakai, dibiarkan tergerai begitu saja, tapi tetap tampak rapi dan cantik.

"Dia aman." bisik Seokjin sambil ikut melirik ke belakang, lalu berbisik dan menepuk pundak Jungkook dengan lembut. Jungkook pun tersenyum dan mengangguk.

Ini perjalanan pertama dengan Seya ikut bersamanya. Semuanya bisa terjadi setelah kemarin ia berhasil mendapat persetujuan  melalui perdebatan panjang di rumah wanitanya.

Seya yang sudah di pulangkan karena kondisinya sudah dinyatakan stabil malah dipaksa ikut ke China dan ke beberapa negara lain yang akan jadi tujuan boygroup itu mengadakan konsernya.

Kesal.

Tentu saja Seya merasa kesal karena ia harus meninggalkan restaurantnya. Akan tetapi sang ibu dan Naeyon memaksanya pergi, maka jadilah ia sekarang ada di sini. Berada satu pesawat dengan Jungkook dan staff Big Hit lainnya. Memakai kalung bername tag dengan tulisan staff agar ia tak jadi bahan gosip di kalangan masyarakat.

"Kemarilah."

"Eh?" sejenak ia terkejut saat Jungkook menariknya tepat ketika ia akan mendudukkan pantatnya di kursi pesawat. Pria itu membawanya ke ruang VIP. "Duduklah di sini."

"Tapi Jungkook..ini?"

"Duduk, atau aku cium kau di depan mereka." seketika Seya menelan ludah menatap teman-teman Jungkook yang menertawakan perintah maknaenya.

"Jungkook-ah, jangan terlalu memaksa." jerit Namjoon dari bangkunya.

"Sebaiknya kau duduk saja, atau dia akan memakanmu di depan kami." goda Jimin dari tempatnya dan disambut gelak tawa dari para member yang lain.

Melihat keadaan yang sedikit kurang menguntungkan itu Seya pun langsung mendudukan dirinya tanpa mau banyak protes lagi.

Mereka duduk di dekat jendela, dengan posisi Seya yang menempel di jendela. Sesaat setelah ia terduduk di sana. Pesawat pun mulai lepas landas. Seya menatap keluar jendela, memperhatikan awan di langit yang kini tampak begitu dekat karena mereka berada dalam ketinggian yang sama. "Pakai ini agar kau tak kedinginan." ia menoleh ke arah samping, kemudian tersenyum pada Jeon Jungkook yang menyelimutinya dengan selimut tebal yang disediakan pihak maskapai. "Kau baru sembuh, jadi tak boleh sakit lagi."

Seya mengangguk pelan "Terimakasih." ucapnya kemudian.

"Tidurlah." bisik Jungkook lalu menarik kepala Kim Seya dan menjatuhkan ciuman hangatnya di kening sang wanita. Barulah setelah itu ia menyatukan jemarinya di sela-sela jari milik Seya. Seya hanya tersenyum melihat bagaimana Jungkook memperlakukannya.

"Bagaimana hasil lab itu?" itulah pertanyaan yang selalu muncul di benak Jungkook tiap kali menatap Seya yang tertidur seperti sekarang. Dan itu juga alasan untuk membawa sang wanita kemanapun ia akan pergi. Jungkook hanya ingin menghabiskan waktu lebih banyak lagi dengan wanitanya. Semakin ia berfikir, bahwa ia bisa kehilangan Seya kapan saja membuatnya berbuat posesif seperti sekarang.

Perlahan setelah memastikan Seya tertidur, ia pun menghela nafas pendek. Kemudian ia memejamkan kedua matanya sambil menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. Seolah apa yang dilakukannya bisa menghalau sesak di dadanya.

Ma Busan BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang