ekstra part 14

1.2K 100 20
                                    

Happy reading..

Mks untuk tetap stay dng cerita ini.

Mks juga sudah memberi dukungan berupa vote dan koment, dan juga keikhlasan kalian untuk menshare ke teman-teman kalian.

Maaf aku mengganggu pagi kalian dengan notifnya.
.
.
.
.
.
.

Jungkook sedang bermain di atas ranjang bersama Jungmin ketika suara dering ponsel milik Seya terdengar dari atas meja lampu hias. Sementara pemiliknya masih ada di kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Mereka berencana untuk jalan-jalan sebentar di Busan sebelum kemudian pergi ke rumah Jimin untuk menginap satu malam.

Awalnya Jungkook ingin mengabaikan panggilan itu karena tak ingin mencampuri urusan pribadi Seya. Ia takut jika sekali lagi salah bertindak maka semua kembali akan jadi bumerang bagi hubungan mereka yang begitu rapuh. Akan tetapi karena suara ponsel itu terus saja berteriak nyaring maka Jungkook pun turun dari ranjang dan bermaksud untuk mengambil benda pipih itu untuk diserahkan pada pemiliknya. Tak butuh waktu lama ponsel itu pun kini sudah ada di tangannya.

"Telepon dari siapa, Jungkook?" Jungkook menoleh. Kim Seya tampak keluar dari kamar mandi lalu berjalan ke arahnya hanya mengenakan handuk kimono sementara rambut basahnya digulung dengan menggunakan handuk berwarna kuning muda. Dengan aroma mawar yang memabukkan membuat Jungkook tergugu menatap istrinya yang begitu mempesona dan mengumbar kecantikan alaminya. Jujur saja itu menggelitik gairahnya.

"Jungkook, itu ponselku, 'kan?" terdengar kembali suara Seya menyadarkannya dari lamunan.

"Ah..eh..mak..maksudku iya." pria itu menelan ludah kasar sebelum melanjutkan ucapannya. "Ini, aku tak  tahu siapa yang menghubungimu. Baru aku ambil sudah mati duluan."

"Begitu ya." Seya pun menanggapi benda pintar pipih yang disodorkan Jungkook padanya. Segera dilihatnya siapa orang yang melakukan panggilan itu. Sejenak kemudian tampak kerutan di dahinya ketika mengetahui nama yang tertera di sana dan juga tulisan yang tercetak pada sebuah pesan yang masuk ke ponsel itu. Maka segera ia melangkah ke balkon dan melakukan panggilan ulang.

Jungkook yang kembali bermain dengan Jungmin mendadak kehilangan minatnya untuk menemani anak itu. Sesuatu yang panas mengusik hatinya. Tapi sayangnya itu bukan panas yang sepantasnya. Karena alih-alih terbakar oleh rasa ingin bercinta dengan sang istri, Jungkook justru terbakar rasa cemburu dan penasaran setelah melihat nama penelpon yang tertera di layar ponsel istrinya. Ya, Jungkook mengetahuinya sekilas sebelum ponsel itu mendadak mati.

Sambil melanjutkan acara bermain dengan putranya Jungkook sesekali melirik ke arah balkon untuk melihat reaksi istrinya ketika melakukan pembicaraan dengan sang penelpon. Sejatinya tak ada ekspresi yang istimewa yang ditampilkan oleh Seya, kecuali mimik terkejut dan kemudian menyendu maka tak ada lagi perubahan ekspresi yang menarik untuk dilihat. Namun tetes air mata yang tiba-tiba jatuh membasahi pipinya kembali mengusik hati seorang Jeon Jungkook. Hanya dengan melihat gerakan tangan yang mengusap pipinya berulang kali Jungkook sudah tahu kalau Seya sekarang sedang menangis.

"Ada apa? Kenapa Seya menangis? Apakah kini mereka sedang bertengkar?" gumam Jungkook pada dirinya sendiri. Ia masih terus melirik ke arah balkon sampai kemudian Seya menutup pembicaraannya dan tampak berdiri mematung menatap ke belakang rumah.

"Sebegitu terlukanyakah dirinya karena pertengkaran itu?"  perasaan Jungkook kembali berkecambuk antara sakit hati dengan rasa penasarannya hingga tak sadar jika Seya kini sudah berjalan ke arahnya.

"Jungkook, bisakah kita kembali ke Seoul sekarang?"

"Apa?" Jungkook terperanjat, karena sesaat tadi ia sempat kembali melamun dan tak menyadari kalau Seya sudah duduk di tepi ranjang bersebelahan dengan dirinya.

Ma Busan BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang