Jangan lupakan vote ya.
Happy reading.
.
.
.
.
.
.
.Suara hentakan kakinya yang berlarian dengan cepat terdengar menggema di koridor rumah sakit. Setelah menghubungi nomer tak dikenal di ponselnya, akhirnya Jungkook hanya bisa mencaci dirinya sendiri sambil bergegas pergi meninggalkan wanita jalang yang tengah ia tiduri. Hingga kini langkahnya terhenti di depan salah satu ruang rawat pasien dengan tubuh gemetar dan berurai air mata. Wajah kusutnya menutupi seluruh ketampanan yang selalu ia pamerkan.
Jeon Seya, sang istri terbaring lemah di dalam sana. Berita yang ia dapat dari pihak rumah sakit tadi mengatakan kalau Seya terjatuh dari tangga. Ia hampir saja tak tertolong jika saja tak berhasil meraih gagang telpon rumah dan menekan nomor panggilan darurat. Hingga kemudian team penyelamat berhasil mendobrak pintu utama dan membawanya ke rumah sakit.
Sekarang, setelah apa yang ia lakukan masih sanggupkah Jungkook menghadapi tatapan istrinya yang ia tinggalkan hanya karena ceceran popcorn? Sementara wanita itu selama berbulan-bulan begitu kesusahan membawa dua buah hatinya sekaligus dalam perutnya yang dulu rata dengan pinggangnya yang ramping. Sang istri bahkan tak pernah protes ketika bentuk tubuhnya sekarang jadi tak karuan karena ia harus selalu makan banyak demi menjaga kesehatan benih Jungkook yang tertanam di dalam rahimnya.
Memikirkan semua perbuatan kotornya, mendadak membuat Jungkook terdiam di depan pintu ruang rawat itu, meski tangannya telah memegang handle pintu. Hingga kemudian ia mendengar sebuah suara yang begitu lemah memanggilnya barulah Jungkook memberanikan diri untuk masuk menghadapi istrinya. Ia tahu Seya tak akan marah. Tak akan pernah marah. Tapi justru sikap itulah yang akan menyiksanya.
"Jungkookie...kaukah...itu?" suara itu begitu lemah menyapa pendengaran Jungkook. Sebuah suara yang seketika membuatnya kembali berurai air mata. Mungkin Seya hanya menebak karena tadi Jungkook sempat menekan handle pintu yang sedikit menimbulkan suara berisik.
Akhirnya Jungkook pun mendorong pintu itu, seketika tertegun menatap wajah pucat istrinya dengan begitu banyak cairan yang terhubung melalui selang kecil, masuk ke dalam pembuluh darahnya yang terhubung dengan jarum yang tertancap di kedua tangannya.
"Se...ya.." bibir pria itu bergetar ketika menggumamkan nama istrinya. Lalu seketika berderap cepat memeluk tubuh lemah yang kini terbaring di atas bangkar. "Maafkan aku...maaf...maaf..maafkan..aku...Seya..." Jungkook menangis sesenggukan di perpotongan leher istrinya. Sungguh ia tak sanggup menatap manik istrinya yang memancarkan tatapan sendu dan rasa sakit yang mendera hati dan tubuhnya.
"Sudah tak apa-apa Jungkook. Lagi pula semuanya baik-baik saja, jangan menangis." wanita itu memeluk suaminya dengan lembut. Seolah tak ada rasa sakit dan kecewa dalam dirinya.
Begitulah Seya istrinya. Sudah Jungkook duga wanita itu tak akan memarahinya, tapi justru itulah yang akan menyiksanya. Akan lebih baik jika istrinya mencacinya, bukan menghukumnya dengan sebuah senyuman yang membuatnya semakin tertekan dengan dosa-dosa yang ia perbuat. "Seya...hiks..hiks...hiks..." akhirnya ia hanya bisa menangis tersedu tanpa berani menatap wanita sedikit pun.
"Sudah lihat si kembar?" suara lemah wanitanya benar-benar menusuk-nusuk hatinya. Jika saja waktu bisa kembali sungguh ia tak akan pernah pergi meninggalkan istrinya, dan bermain dengan wanita di club itu. Jungkook sangat menyesal, tapi sekali lagi sebuah penyesalan akan selalu tak berguna. Mendengar pertanyaan istrinya, Jungkook hanya menggeleng. "Kau harus menemui mereka, karena aku juga belum sempat melihatnya. Temuilah mereka dan ceritakan padaku apa kondisinya baik-baik saja."
"Akan aku lakukan." jawab Jungkook lalu bersiap untuk bergerak menjauh. Tapi suara Seya kembali membuatnya diam.
"Jungkook." tangan lemah wanita itu menangkup wajah Jungkook, berusaha membuat pria itu menatapnya "Izinkan aku menghilangkan bekas bibir wanita itu dari bibirmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Busan Boy
FanfictionAdult 21+, Romance-drama Aku masih ingat saat kau naik pohon mangga lalu jatuh dan menindihku, karena sejak saat itulah kau mencuri hatiku dan kemudian membawanya pergi. Saat kini sayapmu sudah mengepak tinggi mungkinkah kau akan kembali untuk melet...