tiga puluh

1.5K 130 10
                                    

Happy Reading.

Hati-hati typo bertebaran, cerita belum direvisi tapi langsung aku publish. Karena aku sudah greget banget sama mereka.

Maaf mengganggu malam-malam dengan notifnya ya.
.
.
.
.
.
.

Seya masih menangis bahkan hingga Naeyon dimakamkan. Sementara pria bernama Jaehan itu masih setia menemaninya dan menjadi sandaran satu-satunya bagi wanita desa itu.

Di tempatnya yang agak jauh Jungkook hanya bisa menatap mereka dengan perasaan terluka. "Jungkook ayo kita pulang." ajak Hoseok, tepat setelah semua beranjak pergi. Meskipun banyak orang yang menyadari keberadaan mereka di sana, tapi tampaknya saat itu, semua pelayat tak mau mengusiknya dan memberikan mereka ruang untuk melakukan aktifitas sosial seperti itu.

"Seya, kau harus makan. Aku sudah siapkan makanan untukmu di mobil."

Suara Jaehan yang melintas di depan Jungkook menuju mobilnya terdengar sampai ke inderanya. Wajah kusut Seya kembali tertangkap netranya. Wanita itu tampak lelah, dan terluka. Kesedihan yang teramat dalam tampak jelas tergambar di wajah cantiknya. "Aku akan makan nanti." jawab Seya lemah, sambil tetap berjalan dengan tetap berada dalam rengkuhan Jaehan. Jungkook yang menyaksikan itu merasa begitu sakit. Hingga tanpa sadar ia menitikan air matanya.

Hoseok menghela nafas, menatap makanae kesayangan mereka begitu terluka dan hancur. "Jungkook-ah, dia hanya butuh waktu." ucapnya sembari menarik Jungkook dalam pelukannya. Pria busan itu pun akhirnya terisak tanpa suara. Hoseok mengelus punggungnya dengan lembut, sebelum menepuknya pelan. "Ayo pulang."

Merasa tak sepatutnya ia tetap berada di area pemakaman itu, Jungkook pun melangkah pelan mengikuti Hoseok dari belakang. Hingga sampai pada mobil Hyundai hitam metalik yang sudah menunggunya sejak tadi. "Sudah siap untuk pulang?" tanya Namjoon yang sudah ada di dalam mobil sejak tadi bersama para member lainnya.

Jungkook mengangguk pasrah. Hoseok mendahuluinya masuk ke dalam mobil. Sebelum ia juga masuk ke mobil yang sama, Jungkook menyempatkan diri menoleh ke arah Seya dan Jaehan sekali lagi.

Tampak sang wanita masih enggan untuk memasukkan makanan apapun kemulutnya, meski terlihat Jaehan juga engan untuk menyerah. Seonyi datang mendekati mobil itu. Sejenak ia bicara sebentar dengan Seya, sembari menunjuk ke satu arah, dimana sang mama tampak tengah berbincang dengan beberapa orang. Sepertinya Seonyi memang disuruh oleh nyonya Kim untuk memanggil putrinya. "Jungkook-ah."

"Ah, iya maaf." suara Seokjin mengalihkan attensinya. Segera Jungkook menundukan wajahnya bersiap untuk masuk. Ia melirik sekali lagi ke arah Seya yang tengah berjalan menuju ibunya. Ada beberapa pengendara sepeda gayung yang tampak melintasi jalan setapak itu, hingga langkah Seya sempat terhenti sejenak. Tapi kemudian tanpa aba-aba ia berlari ke arah yang sama sambil berteriak nyaring.

"SEYA!!! MINGGIR AWAS!!!"

Semua orang tersentak. Begitupun juga Seya yang tampak bingung karena tiba-tiba saja Jungkook berlari ke arahnya dan langsung menarik tubuhnya dan memeluknya.

"AKH!!" Jungkook berteriak tertahan.

"JUNGKOOK!!" pekik Kim Seya berbarengan dengan tubuh Jungkook yang terjatuh dipelukannya. Sebuah benda tajam menggores punggungnya.

Barulah setelah itu semua orang menyadari bahwa seorang yang melintas dengan sepeda itu membawa senjata tajam yang akan ia gunakan untuk melukai Kim Seya. Jungkook melihatnya dan berlari secepatnya untuk melindungi wanita itu. Mereka semua menghambur ke tempat Seya dan Jungkook. Begitu juga seluruh member BTS. Bergegas mereka keluar mobil guna mengetahui keadaan maknaenya.

Ma Busan BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang