Biasa tidur jam berapa?
Tim jam tidur awal, atau tim kelelawar yang hobi begadang?***
Suara Callin membuat Okan berhenti melangkah. Ia berbalik kembali ke tempat semula untuk merespon pertanyaan gadis itu.
"Apa lo punya tujuan lain?" tanya Callin. Tatapan gadis itu menyorot waspada. Tangannya di samping badan terkepal erat.
Kalo emang Okan mau usut tuntas kasus ini, kenapa dia nggak ngajak temen polisinya aja atau sekalian bawa detektif gitu? Kenapa harus ngajakin gue? Emang gue siapa? Gue jadi penasaran, sebenernya dia punya rencana apa?
Okan melangkah kasar. Ditatap Callin dengan sepasang mata tajamnya. "Gue nggak pernah maksa lo buat ngikutin semua kemauan gue. Lagian lo ke sini bukan karena ngikutin gue, tapi karena lo ngikutin kata hati lo sendiri. Bener, kan? Jadi kalo ada apa-apa itu bukan kesalahan gue."
Callin mendadak parno saat teringat siaran dari berita di televisi siang tadi. 'Seorang gadis perawan diculik oleh teman lelakinya yang baru dikenal beberapa hari,' kira-kira begitu headline yang muncul dari salah satu stasiun televisi.
"Atau jangan-jangan, lo mulai takut? Kemarin aja lo berstatement, kalo lo nggak percaya hantu dan semacamnya. Tapi kenyataannya apa?" sindir Okan.
"Kalo emang yang barusan gue bilang ini bener, lo bisa puter balik sekarang". Okan menatap gadis itu sejenak sembari menggumam lirih, "lagian keberadaan lo di sini juga nggak gue butuhin amat, sih."
"ENAK AJA! SIAPA BILANG GUE TAKUT?"
Seruan Callin membuat langkah Okan tertahan. Laki-laki itu berhenti tidak jauh dari tempat Callin berdiri. Senyum piciknya terulas. Rupanya ia sudah memahami betul bagaimana cara mengendalikan Callin yang keras kepala itu.
"See?" Okan berbalik sembari mengangkat bahunya. "Lo sendiri yang nawarin diri buat ikut misi ini, ya. Jadi lo harus catet baik-baik, gue nggak pernah sekali pun maksa lo."
Tidak tahu harus merespon apa, Callin hanya melengos kemudian berjalan santai melewati Okan.
"Dasar cewek, labil!" sungut Okan, memonyongkan bibirnya. Ia mengikuti Callin sembari menyalakan flash di ponselnya karena penerangan di dalam gudang sungguh sangat minim.
"Kan, Kan...Liat, deh." Callin melambai-lambaikan tangannya, meminta Okan mendekat.
"Kan, Kan, Kan. Emangnya gue ikan?" Okan bersungut-sungut. "Yang bener manggilnya."
"Terus gue harus gimana manggilnya? OK? Sambil pose begini ni?" Callin menyatukan ibu jari dan telunjuknya, membentuk lingkaran kecil simbol 'OK.' Sementara sebelah tangannya yang lain berkacak pinggang, berlagak ala-ala model iklan.
"Bodo amat," Okan melengos tak peduli, "mana tadi yang lo maksud?"
Okan mengarahkan flash ponselnya ke sisi yang ditunjuk Callin. Ia melihat beberapa bagian dinding di dalam gudang yang sudah mengelupas dan tampak gosong seperti sisa-sisa kebakaran.
"Jadi mungkin tempat ini abis kebakaran, dan ada beberapa benda dnggak sempat diselamatkan. Entah itu berupa barang, atau nyawa mungkin..." Calling mengusap-usap dagunya, menyimpulkan sendiri.
Sorot mata Okan tertahan beberapa saat. Ia menatap lekat-lekat dinding berwarna pudar yang disoroti sinar dari flash ponselnya. Setelah sekian lama bergelut dengan hipotesisnya sendiri, Okan melenggang menuju ruangan lain. Namun baru dua langkah berjalan, ia mendapati sebuah lukisan dengan gambar familiar teronggok di salah satu ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya
HorrorSELASA DAN JUMAT #1 - Horor 20 Juli 2020 #1 - Horor 6 November 2020 #1 - Fantasi 24 Desember 2020 Demi menaikkan rating radio Suara Remaja, Sadil Aditya, sang pemilik, sengaja membuka program baru bernama Story Calling. Program yang memberi ruang p...