PART 43 : RUAS

8.9K 1.8K 817
                                    

Semua kenangan, cerita, dan segala tentangnya memang hanya aku yang merasa.

Jadi wajar saja, jika tak satu pun dari mereka yang percaya bahwa keberadaannya benar-benar nyata.

Jadi wajar saja, jika tak satu pun dari mereka yang percaya bahwa keberadaannya benar-benar nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sepanjang perjalanan menuju pos Gunung Hikayat, Callin lebih banyak diam. Mulutnya komat-kamit merapal doa. Ia bukannya takut tersesat, menghilang, atau jatuh dari tebing selama proses pencarian Okan.

Jelas, bukan hal itu yang ditakutkan Callin.

Tapi ketika ia membayangkan wajah Okan yang perlahan-lahan mengabur lalu menghilang, tiba-tiba perasaan takut mengurungnya.

"Tumben diem. Baru aja turun mobil masa udah kerasukan?" Junior melirik Callin yang sedang mengemasi barang-barangnya dan dibantu oleh Briptu Kamaru.

"Diem salah, banyak omong salah. Dasar kurang bersyukur, lo, Kak!" balas Callin sembari memukul pelan lengan Junior. Suaranya yang terlalu kencang membuatnya mendapat kerlingan tajam dari Norman. "Maaf, Maaf, Om. Saya lupa kalo di hutan nggak boleh ngomong kasar, ngomong kotor, dan teriak-teriak kecuali dalam situasi urgent."

Norman menyenggol pelan lengan Callin. Meminta gadis itu untuk berjalan di sampingnya. "Panggil saya Briptu, bukan Om. Saya nggak kenal atau bahkan pernah nikah sama Tante kamu."

Callin melengos. Merasa jika dirinya kini sedang diapit tiga singa mengerikan yang siap menerkamnya.

Junior bawa bala-bala. Gue jadi kena sengak sana sini, deh.

Sebelum mulai mendaki, Callin dan pasukannya sempat bertemu dengan rombongan lain di pos pertama. Namun karena isi rombongan itu adalah mahasiswa yang sudah terbiasa mendaki, mereka akhirnya berpisah di pos kedua.

"Baru berapa kilo doang udah ngos-ngosan," celetuk Junior sembari memperlambat langkahnya untuk mengimbangi tempo berjalan Callin.

Anehnya, gadis itu tidak memberi respon yang sama seperti biasanya. Callin hanya diam saja. Tatapannya tertuju ke bawah. Ia terlihat sangat berhati-hati menapaki tanah yang semakin menanjak itu. Apalagi di sekelilingnya seperti tidak ada penerangan. Gelap.

Sejauh apa pun Callin memandang, yang tampak hanya pohon-pohon menjulang dan tumbuhan liar. Ia cukup terbantu dengan senter kecil yang digenggamnya. Walau cahayanya tidak terlalu terang, tapi berkat senter itu dapat mengikuti langkah Briptu Norman.

"Mau istirahat bentar?" tawar Briptu Kamaru. Ia sedikit kemas saat mendengar desah napas Callin yang tersengal.

"Ntar kalo kita istirahat dulu, aku makin lama ketemu Okannya, dong."

Kamaru mendesah lemah. Ia tersenyum sekilas. Meski tidak terlalu mengenal Okan karena ia baru dipindah tugaskan dari luar kota, tapi hati kecilnya berharap lelaki itu akan ditemukan dalam keadaan selamat.

STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang