PART 18 : MEMELAS

10.9K 2.1K 1.2K
                                    

Yang ikut Give Away Novel Happy Birth-die, jangan lupa tambahkan cerita ini ke perpus kamu ya. Promotin juga lewat story kamu, biar temen-temen kamu yang pecinta genre horor bacaaa juga...Tencyuuu.

Jadi gaiz, gimana?
Percaya kalo Okan itu hantu? Masa hantu kuliah si?
Atau jangan-jangan, Junior cuma mengada-ngada saja? Hehe.

***

Suara berat dan kasar itu membuat Callin membeliak. Belum sempat ia berbalik, sebuah tangan kokoh terulur dari balik punggungnya. Merampas ponsel Callin yang ada di genggaman Teja.

"Eh, elo?" Teja menggaruk tengkuknya. "Tumben nongol, kemarin-kemarin kemana aja?"

"Mau gue absen atau nggak, itu bukan urusan lo," Okan yang biasanya tampak bersahabat, mendadak dingin, "gue malu punya temen kayak lo."

Teja melirik kawan-kawannya, bermaksud meminta bantuan. Tapi saat laki-laki itu mencoba mendekat, kawan-kawannya kompak menjaga jarak. Mundur teratur untuk memberi ruang pada Teja berduel satu lawan satu.

Dasar temen-temen laknat.

Belum puas melihat wajah Teja yang pucat, Okan kembali memojokkannya. "Kita ini mahasiswa S2 Jurusan Ilmu Hukum. Seharusnya kita lebih tau etika dan cara berperilaku yang baik menurut undang-undang yang berlaku."

Glek.

Kali ini Teja tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa. Lawannya adalah peraih IP tertinggi selama tiga semester berturut-turut. Mana mungkin Teja bisa menyanggah? Tanpa teori ia kalah telak.

"Lo bisa kena Pasal 335 ayat 1 KUHP, perbuatan tidak menyenangkan terhadap orang lain," ucap Okan tegas, "mau gue sebutin pasal-pasal lain yang hukumannya lebih berat?"

"Mr.Ok ngamuk, tuh. Baru kali ini gue liat dia semarah itu demi belain cewek," bisik Galih sembari menyikut-nyikut lengan kawannya, "kabur aja, yuk."

Tak ada perdebatan lagi setelah Teja menyanggupi perintah Okan untuk meminta maaf pada Callin. Itu pun harus diulang sebanyak tiga kali, karena di percobaan pertama dan kedua, Teja dinilai tidak benar-benar tulus meminta maaf.

Walau masih tampak kesal dan tak berhenti menggerutu, Teja akhirnya mengalah. Ia dan kawan-kawannya segara membubarkan diri, pindah ke koridor lain.

Okan berbalik, menatap Callin sejenak kemudian melempar ponsel gadis itu.

"Astaga!" Untung saja Callin tanggap menangkupkan tangannya di depan dada. Menangkap ponsel yang dilempar Okan tanpa aba-aba.

Anjir, mentang-mentang hp gue kentang, main lempar aja.

"Lo mau tahu apa tentang gue?" tanya Okan tampak terganggu sekaligus kecewa. "Lo bisa tanya gue langsung, kan? Kenapa harus cari tahu diem-diem kayak gini? Macem stalker aja, lo."

Callin diam saja, merasa bersalah.

"Ya walau gue tahu orang-orang di sini pasti pada kenal gue, tapi tetep aja lo bikin gue," Okan menarik napas dalam-dalam, "tersinggung."

"Gue cuma," Callin bingung harus bereaksi seperti apa, "gue cuma penasaran aja, Kan."

"Atau mungkin lo ngiranya gue ini orang jahat? Yang mau nyelakain lo?" tebak Okan. "Kalo emang gue punya niat buruk ke lo, harusnya kemarin-kemarin udah abis lo di tangan gue."

Sepasang mata Callin yang awalnya berninar, perlahan redup. Okan benar, pikirnya. Tidak seharusnya ia terpengaruh oleh ucapan Junior. Laki-laki itu pasti hanya membual. Ditambah lagi, selama ini Junior terlihat tidak menyukainya, bahkan sesekali tega bersikap kasar pada Callin.

STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang