PART 21 : WAS-WAS

10.9K 2.2K 1.7K
                                    

Ada yang ngerasa kemarin kasih aku judul ini? Hehe. Makasih kalian semua yang udah bantu cari judul.

Judul-judul dari kalian sangat sangat membantu.

Btw, sebenernya aku lagi agak stress, nih. Di kabupaten tempat tinggalku, udah ada yang positif Corona.

Tolong doain semoga nggak sampai kecamatan aku :(. Sumpah takut banget plus kepikiran, sampe-sampe tadi mau nulis jadi nggak konsen.

Tapi Alhamdulillah akhirnya sambil nonton konser Rosa di TV, aku bisa kelarin part ini. Moodmaker ku emang musik, sih :). Setidaknya kita g boleh stres, kan? Biar imun tetap terjaga!

Jangan lupa cuci tangan dan jaga kesehatan!

Biar mimpi indah dan nyenyak bobonya, dikasih senyum lesung pipinya Okan, nih.


***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Bak terdakwa di sebuah persidangan kasus berat, Callin dikelilingi guru-guru yang tak henti menatapnya, berbisik-bisik, juga terang-terangan mengomentarinya.

Yaa, sepertinya berita jika ia yang berhasil mengusir roh yang merasuki Anya, sudah menyebar sampai seantero sekolah.

Bagus dan kawan-kawannya menjadi saksi, lalu Pak Bramantyo tampak berperan sebagai penuntut umum. Sedangkan keputusan terakhir ada di tangan kepala sekolah. Bebas atau tidaknya seorang terdakwa dari tuduhan, hanya hakim yang bisa memberi keputusan.

"Jadi tujuan kamu ke sekolah ini apa?" tanya Pak Valent, Kepala Sekolah SMA BAKTI PERTIWI.

Callin mendesah untuk yang kesekian kalinya. Lelah menjawab pertanyaan yang terus diulang.

"Saya mau ngambil ini, Pak." Gadis itu mengangkat ponselnya. Menggoyang-goyangkan bandul dream catcher itu dengan senyum ceria.

Pak Bramantyo mengerutkan alisnya, sangsi begitu mendengar jawaban Callin. "Cuma mau ngambil itu kamu sampai nyebut? Tidak masuk akal."

"Kalo bapak nggak percaya, saya bisa telepon teman saya." Callin melirik guru-guru di depannya. "Gara-gara dia lempar bandul ini, saya jadi kesasar sampe sini. Emang sialan tu cowok," sembur Callin tanpa sadar sudah bicara kelewat batas.

"Iya, Pak. Tadi kita berempat yang nemuin kakak itu di pinggir sungai belakang sekolah." Walau tidak diminta, Bagus ikut bersuara. "Trus tadi kakak itu juga -"

"Kalian ngapain ke sungai belakang sekolah?" Jauh di luar dugaan, Pak Valent tiba-tiba geram. Pria itu bahkan sampai bangkit dari kursinya.

"Sudah berkali-kali pihak sekolah memberi peringatan pada kalian. JANGAN PERNAH MAIN-MAIN KE SUNGAI BELAKANG SEKOLAH. KENAPA KALIAN MASIH SAJA MELAWAN?"

STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang