Aku seperti sedang mencari sesuatu yang sebenarnya tidak pernah hilang.
***
Junior mendengkus kasar. Ia bangkit kemudian berdiri menghadap Callin. "Karena gue suka lo," tukasnya dengan tegas. "Dan gue nggak mau Okan balik lagi ke sini."
Callin mematung sesaat. Seluruh syarafnya seolah lumpuh. Setelah memendam perasaan bertahun-tahun pada lelaki itu, akhirnya Callin mendapat jawaban.
Jawaban yang seharusnya membuat gadis itu senang, bukan?
Sepasang mata Callin yang bening mengerjap-ngerjap. Bayang-bayang wajah Okan seketika melintas di benaknya.
Lalu tiba-tiba menjelma nyata.
Benar-benar terlihat nyata.
Callin bahkan merasa Okan sedang berdiri di balik punggung Junior dan menatapnya dengan wajah sendu.
Apa gue lagi berhalusinasi?
Atau memang ini bener-bener nyata?"Okan?"
Suara Callin membuat Junior menoleh ke belakang. Mengikuti ke mana arah mana mata Callin tertuju. Nihil. Tak ada siapa pun di sana. Tampak beberapa calon penumpang yang duduk di kursi tunggu mulai menatap keduanya sembari berbisik-bisik aneh.
"Jangan malu-maluin gue. Di sini nggak ada Okan," tegas Junior lantas menarik paksa tangan Callin. Gadis itu dibawa menjauh dari keramaian.
"Apa sih, Kak! Gue mau nyari Okan!" Callin mengibaskan tangannya. Ia mengentak menjauhi Junior. Tak peduli meski lelaki itu terus meneriaki namanya.
Junior cukup tertolong dengan suasana ramai dan bising di dalam stasiun. Suara deru mesin kereta serta lalu lintas orang-orang di sekitarnya membuat pertengkaran keduanya tidak tampak mencolok.
"Lin!" panggil Junior mulai frustasi.
Ia ingin menyeret Callin dan membawa gadis itu menjauh dari stasiun. Tapi ia masih waras. Callin pasti akan berontak atau bahkan yang lebih parah, berteriak-teriak seperti orang gila jika Junior bersikeras memaksanya.
"Lin!" panggil Junior sekali lagi. Tak tahan dengan kegilaan Callin, ia menarik lengan gadis itu.
"Gue yang indigo. Gue yang bisa tahu di mana Okan, bahkan di saat lo nggak bisa liat dia. Tapi jujur saat ini dia emang beneran nggak ada di sini, Lin," ucapnya tegas berusaha meyakinkan Callin. Sorot matanya yang tajam dan menusuk, kini tampak menghangat. "Pliss, percaya gue."
Tangan Callin yang mengepal diletakkan di depan matanya sendiri. Bahunya naik turun. Ia tampak terguncang. Meski ia berusaha menyembunyikan tangisannya di depan orang-orang, bulir-bulir air itu tetap menerobos melewati celah tangannya yang terkepal. Membuat hati Junior turut sesak saat melihat pipi Callin yang tampak memerah dan basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya
HorrorSELASA DAN JUMAT #1 - Horor 20 Juli 2020 #1 - Horor 6 November 2020 #1 - Fantasi 24 Desember 2020 Demi menaikkan rating radio Suara Remaja, Sadil Aditya, sang pemilik, sengaja membuka program baru bernama Story Calling. Program yang memberi ruang p...