61 : MELEPAS

14K 1.6K 1.6K
                                    

Tak ada yang bisa menjamin akhir bahagia dari sebuah kisah.

Namun jika kamu melihatnya dari sisi yang berbeda, kebahagiaan itu akan selalu melengkapi hari-harimu, layaknya sebuah bayangan.

Namun jika kamu melihatnya dari sisi yang berbeda, kebahagiaan itu akan selalu melengkapi hari-harimu, layaknya sebuah bayangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^^^

Semalaman Okan tertidur di meja kamarnya. Dengan beralaskan tangan yang dilipat, ia menjadikan lengannya sebagai bantal. Laptopnya tetap menyala sampai pagi. Lelaki itu terperanjat begitu mendengar suara notifikasi yang berbunyi dari laptopnya

Matanya masih lengket. Ia benar-benar lelah dan mengantuk. Namun saat melihat tampilan layar laptopnya, tatapan lelaki itu seketika menajam.

"Jam segini dia mau ke mana?" gumam Okan sembari melirik jam dinding kamarnya.

04.30

"Kuliah? Masa kuliah sepagi ini?" Ia memiringkan kepalanya. "Kalau itu namanya kuliah ahad pagi. Sekarang, kan, hari Sabtu, bukan Ahad." 

Terkadang di situasi-situasi tertentu, Okan juga bisa receh. Tapi recehnya tidak diperlihatkan ke orang lain, hanya untuk dirinya sendiri.

Lelaki itu segera menyambar ponselnya dari atas ranjang. Namun setelah melihat layarnya yang retak, ia kembali ke meja laptopnya dan mengirim pesan tanda bahaya pada teman-teman kantornya.

"Ini bukan kewajiban saya atau tugas dari kantor. Seharusnya saya tidak sepeduli ini, kan?"

Okan berdialog dengan dirinya sendiri. Ia duduk sejenak di tepi ranjang sembari menatap naas layar ponselnya. Mendadak teringat kejadian sore kemarin, saat dengan teganya Callin menghakiminya tanpa memberinya kesempatan untuk menjelaskan.

"Ck," ia berdecak sekali lantas cepat-cepat berderap ke garasi untuk mengambil motornya.

***

Gedung kantor Suara Remaja masih terlihat sepi. Pak Gatot, penjaga kantor sekaligus petugas kebersihan di sana, biasanya datang pukul enam pagi. Namun terkadang di situasi-situasi mendesak, para penyiar tetap on air tanpa ditemani siapa pun. Selagi tidak perlu menyalakan efek-efek dari ruang audio, mereka bisa menghandlenya sendiri.

"Mang? Komang?"

Setelah memasukkan kunci garasi belakang ke saku jaketnya, Callin melangkah memasuki kantor. Saddil sengaja mendlupikat kunci garasi belakang dan memberikannya kepada masing-masing penyiar agar tidak perlu bergantung dengan Pak Gatot. 

Jadi para penyiar bisa keluar masuk kantor kapan pun mereka mau.

"Issh, Komang pasti belum dateng," gerutu Callin. 

Daripada bosan menunggu rekan kerjanya, Callin berselfie lalu menguploadnya ke sosial media.

Gadis itu menuliskan caption di bawah postingan fotonya.

STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang