PART 46 : BERSIKERAS

8.8K 1.7K 576
                                    

Selama ini aku salah karena memilih bersembunyi. Tapi ketika aku mencoba membuka diri, segala sesuatunya terasa semakin lebih sulit.

 Tapi ketika aku mencoba membuka diri, segala sesuatunya terasa semakin lebih sulit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sembari menahan isak, Junior melangkah lebar-lebar membelah koridor rumah sakit. Ia masuk ke dalam lift lalu menekan angka paling atas. Tak tahu jika ada sosok yang diam-diam mengikutinya dari belakang.

"Bandul ini cuma bawa sial. Gue harus cepet singkirin bandul ini," gumam Junior sembari mengangkat ponsel Callin, menyambar bandul yang terpasang di sana lalu menggenggamnya erat-erat. Ia berhenti di ujung koridor lantai empat.

"Sorry, Lin. Tapi gue rasa bandul ini bawa kutukan," tukas lelaki itu sembari meremas bandulnya dream catcher milik Callin. Ia tak perlu berpikir dua kali untuk melempar bandul itu ke halaman belakang Rumah Sakit Medika.

Setelah memastikan bandulnya jatuh cukup jauh, Junior segera berderap pergi. Ia tak menyadari jika di bawah sana ada sosok yang diam-diam memungut bandul itu.

Sekembalinya Junior ke ruang UGD, ia melihat Papanya sedang berbincang dengan seorang perawat. Diskusi yang tampak cukup serius sehingga membuat Junior semakin tidak tenang.

"Pa..."

Irfan mengangkat tangannya ke arah Junior. Meminta putranya untuk diam sebentar sementara ia masih melanjutkan diskusinya dengan si perawat. Begitu Junior meneleponnya, Irfan langsung membatalkan seluruh janjinya dengan para rekan bisnisnya. Junior akan selalu menjadi prioritas di dalam hidupnya.

"Papa barusan minta Callin dipindah ruang VIP." Irfan merangkul pundak putranya kemudian menggiringnya duduk di kursi depan ruang UGD.

"Kenapa jadi kayak gini, Pa? Seharusnya aku nggak membuka hati dan tetep sembunyi aja. Dulu aku nggak pernah ikut campur masalah orang lain dan hidupku tetep baik-baik aja. Sekarang coba Papa liat? Aku berusaha buat bantu Callin tapi malah hasilnya kayak gini." Junior meraup wajahnya sendiri. "Gara-gara aku nggak becus jagain dia -"

"Jun, kamu udah berusaha melakukan yang terbaik. Papa tahu, meski dulu hidupmu jauh lebih tenang, tapi pasti ada saat di mana kamu ngerasa kesepian dan ngerasa pengen punya temen buat ngobrol. Temen manusia, maksudnya. Bukan Juminten, Yolanda, Marimar, dan arwah-arwah genit yang sering ngintilin kamu itu," tukas Irfan sembari terkekeh kecil demi menghibur putranya.

"Lagian kamu, kan, udah mendem perasaan kamu dari SMA. Kamu sengaja ngejauh dari Callin bahkan kadang kamu kasar, sering bentak dia juga biar kalian nggak makin deket. Ehh, ternyata kalo takdir udah berkehendak, akhirnya sekarang kalian malah akrab banget. Who know's, Jun?" Irfan menyandarkan bahunya ke dinding. "Banyakin doa, ya."

Percakapan antara sepasang ayah dan putranya itu terjeda saat dua perawat muncul dari ruang UGD. Di atas brankar yang mereka dorong, tampak sosok gadis berkulit pucat sedang tertidur dengan wajah teduh.

"Dia pasti bakal sadar kan, Pa?" tanya Junior sembari memegangi tepi brankar Callin dan mendorongnya bersama perawat-perawat itu. "Masih ada kemungkinan dia bangun, kan, Pa?" Junior kembali mengulang pertanyaannya karena Sang Papa tak juga memberinya respon.

STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang