Aku sudah nyaris putus asa dan menyerah. Tapi tanpa terduga keajaiban itu datang hingga membuatku kembali berharap...
***
Tak hanya Callin yang terkejut, Junior juga mematung dengan wajah mengencang. Sepasang mata lelaki itu membulat penuh. Baru kali pertama Junior meragukan penglihatannya sendiri.
"Lo juga liat dia?" tanya Junior yang kini menatap Callin tanpa berkedip. Ia ingin memastikan jika keduanya dikejutkan oleh sosok yang sama. "Lo beneran liat dia?"
Callin terdiam sejenak. Gadis itu menggigit-gigit bibirnya dengan wajah gelisah. Setelah menarik napas dalam-dalam, perlahan kepalanya mengangguk lemah.
"Iya. Apa karena aku habis koma, aku jadi bisa liat dia, Kak?" tanya Callin dengan sebuah harap yang tak bisa dibendung lagi.
Di sampingnya, Junior menatap gadis itu dengan ekspresi tak terbaca. Ia ingat cerita teman Papanya yang mata batinnya terbuka setelah terbangun dari koma.
Apa Callin salah satunya?
"Gue harus mastiin sendiri."
Tangan Junior yang sudah terulur berhenti di udara. Ia yang awalnya ingin menahan Callin, kini hanya bisa mengawasi gadis itu dari kejauhan. Jangankan berlari mengejar Callin, kakinya bahkan terasa berat untuk melangkah.
Sementara dari kejauhan, Callin tampak berusaha mempercepat langkahnya. Ia tidak boleh kehilangan Okan lagi. Kali ini ia harus memastikan jika lelaki itu tidak akan pergi meninggalkannnya seperti hari-hari yang lalu.
Saat tiba-tiba Okan datang lalu menghilang tanpa memberi kepastian kapan lelaki itu akan kembali lagi, disitulah Callin merasa kebahagiaannya dirampas begitu saja.
"Okan..." panggil Callin dengan suara lirih. Kini ia dan lelaki itu hanya dibatasi gundukan tanah yang dipenuhi taburan bunga.
Melihat sepasang kaki mungil bergerak mendekatinya, lelaki itu mendongak. Ia beringsut dari posisi jongkok lalu berdiri menghadap Callin yang masih menatapnya tanpa berkedip.
"Iya..."
Bola mata Callin mulai berkaca-kaca. Hatinya berdesir. Ia tak bisa lagi membendung rasa rindunya hingga perlahan telunjuknya terangkat.
Lelaki itu mengamati pergerakan Callin. Ia sedikit memundurkan kepalanya ketika telunjuk Callin tertancap tepat di pipinya.
"Sekarang boleh senyum," ucap Calllin dengan gemas. Namun lelaki itu tak bereaksi.
Jangankan memberi senyuman pada Callin, ia bahkan hanya menatap gadis itu dengan wajah datar. Matanya berkedip beberapa kali.
"Kok nggak senyum?" gumam Callin. "Kalo emang dia bener-bener Okan, harusnya dia senyum karena tahu kalo aku lagi nebak di mana letak lesung pipinya."
Tiga detik berlalu...
Lima detik...
Masih tak ada perubahan.
Sepuluh detik kemudian...
Callin mendoba peruntungan lain. Ia nekad mencolok-colok pipi lelaki itu hingga kawah kecil yang ia tunggu akhirnya muncul.
Oh, tunggu sebentar. Callin baru menyadari sesuatu. Setelah diamati lekat-lekat, kawah kecil di pipi lelaki itu muncul bukan karena ia tersenyum.
Sebaliknya, lelaki itu tampak tak nyaman hingga akhirnya mencebik kesal. Walau terlihat samar-samar, bibirnya yang menipis itu membuat lesung pipinya sedikit terlihat.
"Kenapa kamu tiba-tiba pegang pipi saya?" tegur lelaki itu karena telunjuk Callin masih menempel di pipinya.
Glek
Callin mendongak, menatap lelaki itu dengan intens. Dia bukan Okan, dia bukan Okan. Callin hafal betul bagaimana cara Okan berbicara, cara Okan menatapnya dengan teduh, juga bagaimana dengan mudahnya lelaki itu tersenyum padanya.
Bahkan meski suasana hati Okan sedang buruk, ketika Callin menggodanya dengan mencolok-colok pipinya, kawah kecil itu akan langsung mencuat.
Callin meneliti dengan saksama penampilan lelaki itu dari ujung rambut sampai kaki. Tubuhnya tiba-tiba gemetar. Ia menoleh kaku ke papan yang tertancap di atas kuburan.
"Bandulnya..." Sepasang mata lelaki itu melebar saat mendapati bandul dream catcher yang berada di genggaman Callin. Tak lama setelahnya, ia merogoh-rogoh saku kemejanya dan mengeluarkan sesuatu dari sama.
"Apa ini?" tanya Callin saat tiba-tiba lelaki di depannya itu meraih tangannya dan meletakkan sebuah amplop di sana.
Callin membaca judul yang tertulis di pojok atas amplop itu.
"Teruntuk,
cewek cantik yang sekarang menyimpan bandul gue.""Tunggu, lo mau ke mana?" tanya Callin begitu menyadari lelaki yang berdiri di sampingnya hendak mengentak pergi dari sisinya.
"Memangnya saya harus ngasih tahu kamu?" Lelaki itu menatap tangan Callin yang melingkar di lengannya.
Walau tatapan lelaki itu tidak setajam Junior, ucapan dan intonasi bicaranya juga tidak kasar, tapi cukup membuat Callin merasa harus melepaskan pegangannya pada lengan lelaki itu.
"Udah biarin, lo baca dulu aja isi suratnya."
Suara dari sisi kirinya membuat Callin mengalihkan fokusnya dari lelaki berlesung pipi yang perlahan mulai menjauh itu.
Sebelum membuka amplop di tangannya, Callin menarik napas dalam-dalam, memejam sesaat lalu mengeja tulisan yang tertera di pojok atas amplop itu.
Teruntuk,
gadis pemberani yang menyimpan bandul gue.Baru membaca judulnya saja, Callin sudah berkaca-kaca. Ia menghembuskan napasnya kasar. Berharap dengan melakukan itu, rasa sesak di dadanya sedikit berkurang.
Tepat ketika kertas di dalam amplop itu terbuka lebar, Junior menggeser tubuhnya mendekati Callin. Ia juga tampak penasaran. Namun jauh di lubuk hatinya, ada debaran kencang yang membuatnya sedikit cemas.
***
PENASARAN SAMA ISI SURATNYA?
TEKA-TEKINYA BAKAL TERJAWAB DI DALAM SURAT ITU.COBA SEBUTIN PASWORDNYA,
KALIMAT APA YANG SERING AKU TULIS DI AKHIR AUTHOR NOTE?
GAMPANG BANGET KAYAK JUDUL LAGU..HIHI.
KALO BANYAK YANG TAU, AKU UP ISI SURATNYA MALAM INI.JANGAN LUPA UMUMIN JUGA DI STORY IG KALIAN, KALO KEAJAIBAN ITU BENAR-BENAR DATANG.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya
HorrorSELASA DAN JUMAT #1 - Horor 20 Juli 2020 #1 - Horor 6 November 2020 #1 - Fantasi 24 Desember 2020 Demi menaikkan rating radio Suara Remaja, Sadil Aditya, sang pemilik, sengaja membuka program baru bernama Story Calling. Program yang memberi ruang p...