PART 9 : SEKILAS

15.1K 2.9K 1.3K
                                    

Sebelum baca part terbaru Story Calling, yuk klik bintang dulu dan tambahkan cerita ini ke perpus kalian ya :')

***

Aku dihadapkan dengan dua lelaki misterius yang mungkin saja membuatku berada dalam bahaya. Apa aku harus mengikuti permainan keduanya, atau berhenti sebelum terperosok semakin jauh?

***

Berpasang-pasang mata di ruang rapat menatap ke arah pintu. Tak sabar melihat orang baru yang akan bergabung dan bekerja bersama rekan-rekan lainnya di Radio Suara Remaja.

Saat hentakan dari sepatu laki-laki terdengar semakin mendekat, Callin mengangkat wajahnya untuk melihat sosok yang datang ke ruang rapat.

Ha? Ini gue nggak salah liat, kan?

Bola mata Callin membulat penuh, bahkan nyaris copot. KAK JUNIOR? DIA NGAPAIN DI SINI?

Sebagai awal perkenalan, Junior melempar senyum pada pegawai-pegawai Radio Suara Remaja yang duduk melingkar di depannya.

Dari Komang yang duduk paling ujung, sampai akhirnya sorot mata Junior bertemu dengan manik mata Callin. Lama keduanya saling tatap hingga Saddil yang menyadari keanehan itu, segera menyikut lengan Junior.

"Hai, semua. Gue Junior, dan mulai hari ini, gue bakal jadi bagian dari Radio Suara Remaja."

Para penyiar cewek mulai saling berbisik. Menilai Junior dari ujung rambut sampai kaki. Sempurna. Laki-laki berperawakan tinggi itu memiliki sepasang mata tajam dengan alis tebal yang sedikit menjulang di bagian tengahnya. Bisa dibayangkan betapa seramnya saat matanya menyorot sinis ke arah orang yang ia benci.

Dan kali ini Callin yang menjadi targetnya. Sorot mata Junior tak lepas menatap gadis itu meski sudah berulangkali Saddil berusaha mengalihkan fokus kawannya itu.

"Lo kenal sama Callin?" tanya Saddil begitu rapat ditutup. Sejak masuk ke ruang rapat tadi, Junior memang terlihat sedikit aneh. "Atau jangan-jangan, lo naksir dia?"

"Uhuk, uhuk.." Junior tersedak begitu kopi yang diteguknya menggelitik kerongkongan. "Lo kalo mau ghibah kira-kira, dong? Mana mungkin gue naksir Callin?"

Kening Saddil berkerut sesaat. "Dia bukan tipe lo?"

Junior hanya diam saja. Tapi begitu melihat sorot mata Saddil yang menatapnya sangsi, ia buru-buru mengklarifikasi.

"Ya, lo bisa nilai sendirilah. Nggak perlu gue jabarin," tanggap Junior sembari meneguk gelas kopinya sekali lalu kembali berkomentar, "gue sama Callin?" Junior terkekeh kecil, "nggak bakal serasi."

Tanpa diketahui Junior dan Saddil, subjek yang menjadi topik pembicaraan keduanya sedang berdiri tidak jauh dari ruang rapat, tepatnya di balik pintu yang tidak tertutup rapat.

Callin mendengar semuanya. Suara Junior yang ringan namun terkesan meremehkan. Selama bertahun-tahun sejak SMA, suara itu tidak pernah berubah. Efeknya pun masih sama.

Masih membuat hati perih dan patah.

Tanpa sadar sorot mata Callin terlempar ke cermin kecil yang tergantung di dinding sebelah kanannya.

Kulit gue emang lebih gelap dibanding kebanyakan orang. Badan gue juga nggak langsing kayak mahasiswi-mahasiswi yang jadi maskot kampus. Tapi dia nggak berhak ngejudge gue, ngerendahin gue kayak gini.

"Callin?" Saddil membeliak begitu membuka pintu ruang rapat dan mendapati Callin berdiri di depannya.

"Lo..." Saddil kehabisan kata-kata. "Sejak kapan berdiri di sini?" tanyanya dengan ekspresi kebingungan bercampur cemas.

STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang