SELASA DAN JUMAT
#1 - Horor 20 Juli 2020
#1 - Horor 6 November 2020
#1 - Fantasi 24 Desember 2020
Demi menaikkan rating radio Suara Remaja, Sadil Aditya, sang pemilik, sengaja membuka program baru bernama Story Calling.
Program yang memberi ruang p...
(buat yang mau ngajak aku jadi pemateri seminar grup kalian, langsung DM aja ya) ~~~ Sesuatu yang dilakukan tanpa ketulusan, akan berakhir sia-sia.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan lupa post di story Instagram kalian kalo hari ini story calling update! Kemarin ada satu readers yang kufollback karena sering banget tag aku di instagram.
Kira-kira hari ini, lesung pipi Okan nongol nggak, ya?
~~~
Jujur, aku puyeng tiap nulis Story Calling, selalu nembus 3000 kata. Harus gimana ngeremnya, Gusti😭 Yaudah, biar kalian seneng deh, ga aku pangkas. Tapi kasih semangat akuuuuuyaaaaaaaa, ramein komennya teerussss!
*
**
Ini kali pertama Okan tersesat. Ia memiliki ingatan yang baik, apalagi soal arah jalan. Walau baru sekali menjejakkan kaki ke suatu tempat, Okan dapat kembali ke sana tanpa melihat petunjuk arah.
Tapi bagaimana bisa, kini ia terjebak di tengah sawah saat ingin pulang ke kantornya?
Padahal sudah lebih dari lima kali Okan mengunjungi makam kembarannya. Lantas, kenapa ia seolah lupa jalan? Apalagi jarak dari kantornya ke makam Oki, tidak terlalu jauh.
Bukannya sangat aneh jika ia tersesat di tempat yang sangat familiar untuknya?
"Harusnya ini belok kanan, kan?" gumam Okan. Ia menoleh ke sekelilingnya. "Kenapa tadi saya malah ambil jalur kiri?"
Rasa penasarannya terjawab ketika ia mencoba membelokkan kemudinya namun seperti ada yang menahannya. Lelaki itu mendesah lemah. Ia tahu mungkin ada yang sengaja membawanya ke tempat itu.
"Kalo memang ini sebagian dari rencana yang kamu buat deketin aku sama gadis itu, lebih baik kamu berhenti sekarang," kata Okan. Ia mendongak ke langit sore yang tampak begitu cerah.
"Kamu yang cinta dia, Ki, bukan aku. Dan yang dia cintai itu kamu, bukan aku. Jadi kenapa kamu melimpahkan tanggung jawabmu ke aku?"
Sorot mata Okan meredup. Mulai terasa perih karena terlalu lama menatap langit yang bermandikan matahari senja. Ia menunduk dan menatap kemudi motornya dengan wajah sendu. Lalu secara perlahan ia mencoba menggerakkan kemudinya ke arah berlawanan.
Berhasil!
"Thanks, Ki. Aku tahu kamu itu nggak egois. Jadi tolong beri aku kebebasan," gumamnya. Walau tak tahu Oki benar-benar mendengarnya atau tidak, tapi usahanya cukup berhasil. Motonya bisa dikendalikan lagi. Ia langsung menginjak gas motornya dan berbalik menuju ke kantor.
