Malam Minggu, mari kita tarik napas panjang dulu sebelum membaca.
Tenang, part ini nggak serem-serem amat, kok. Kasihan para jomblo, nanti malem minggunya tambah tegang👻Oh, iya. Aku perlu sedikit survey nih, buat jadi referensi di part berikutnya. Menurut kalian, sereman setan Indonesia atau luar? Macem kuntilanak, pocong, atau drakula dan vampire?
***
"Siapa itu?"
Callin memegangi kepalanya. Panik sendiri. Biasa, kalau cewek lagi gugup seperti, bukannya segera mencari tempat aman, malah mondar-mandir sendiri di depan ranjang Ela. Begitu ia menoleh ke samping dan mendapati Okan tak lagi ada di sana, Callin akhirnya sadar jika Okan sudah bersembunyi di balik pintu.
"Jahat lo nggak ngajak-ngajak." Callin merapatkan tubuhnya ke Okan. "Dasar MAKUDE."
Okan hanya mengerutkan alis, tak berminat mencari tahu maksud dari ucapan Callin.
"Mati Kubur Dewe!" sembur Callin dengan penuh penekanan dan bahasa Jawa yang medok.
Refleks, Okan segera membekap mulut Callin sebelum terdengar suara langkah kaki yang memasuki kamar tempat keduanya bersembunyi.
"Nak... Ela? Kamu udah tidur?"
Suara berat seorang pria terdengar bersamaan hentakan sepatu fantovel yang beradu dengan lantai kayu di kamar Ela.
"Ela? Papa udah pulang, nih."
Pria itu melangkah mendekati ranjang putrinya lalu perlahan duduk di pinggir ranjang. Tak ingin membuat putrinya yang dikiranya sudah tidur nyenyak, jadi terbangun karena kedatangannya.
Callin menatap penuh simpati ke arah pria itu. Ela pingsan, Pak. Bukannya udah molor.
"Duh, mampus," keluh Okan lirih. "Sekarang gimana caranya gue kabur di sini?" Okan menggaruk kepalanya dengan sebelah tangan. Menatap punggung pria yang duduk di tepi ranjang Ela dengan posisi membelakanginya.
"Gue? Ralat, harusnya kita, dong." Callin tak berhenti mengoceh meski mulutnya masih di bekap Okan. "Lo nggak berniat ninggalin gue kayak tadi lagi, kan?"
"Tergantung," jawab Okan singkat. "Lo bisa anteng atau nggak."
Perut Callin mengencang. Ia berusaha menahan napas untuk meyakinkan Okan jika dirinya bisa berubah menjadi gadis kalem. Walau kenyataannya Callin sudah kesulitan bernapas karena tangan Okan membekap mulut beserta hidungnya.
Di sela-sela suasana mencekam itu, Callin menatap tangan Okan dengan alis berkerut. Heran sekaligus kesal.
Yang berisik kan mulut gue, tapi kenapa hidung gue ikut-ikutan dibekap? Wah, gawat. Jangan-jangan ni cowo punya niat mau bunuh gue, ya?
Demi mengusir imajinasi buruknya, Callin mendongak untuk melihat wajah Okan secara lebih intens. Barangkali Callin bisa menebak niat jahat apa yang direncanakan Okan. Salah satu caranya, mungkin dengan membaca raut wajahnya.
Bukannya menemukan petunjuk dari sana, pipi Callin tiba-tiba menghangat. Menatap Okan dari jarak yang begitu dekat nyaris membuatnya benar-benar kehabisan napas.
Bukannya makin parno, Callin bisa-bisa malah jatuh hati.
"Lo ngapain liatin gue mlulu?" Okan mulai risih karena Callin berlama-lama memperhatikannya.
Calling mengerjap-ngerjap sesaat lalu memalingkan wajah.
Mana mungkin orang seganteng dia punya niat jahat? Apa ada faedahnya? Kalau yang dijahatin cewek cantik, sih, bisa jadi iya. Nah, kalau gue? Apa coba yang mau dirampok? Hati gue aja dah nggak perlu dirampok, udah gue kasih cuma-cuma.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya
HorrorSELASA DAN JUMAT #1 - Horor 20 Juli 2020 #1 - Horor 6 November 2020 #1 - Fantasi 24 Desember 2020 Demi menaikkan rating radio Suara Remaja, Sadil Aditya, sang pemilik, sengaja membuka program baru bernama Story Calling. Program yang memberi ruang p...