PART 47 : CULAS

8.7K 1.7K 851
                                    

Meski berusaha kusingkirkan, kenangan itu akan tetap kekal dalam ingatan.

Ada kode lagi, loh.
Masih belum Nemu jawabannya?

***

"Lo yang pasang bandul itu di jendela kamarnya Callin?" tanya Junior tanpa basa-basi. Ia melangkah mendekati lelaki yang juga melenggang santai menghampirinya.

"Iya, Bang," jawabnya tanpa keraguan. Meski di depannya Junior tampak geram, lelaki itu tetap pada pendiriannya. "Karena menurut gue, apa yang lo lakuin itu salah."

Rahang Junior mengeras. "Dasar bocah! Lo nggak usah ikut campur urusan gue."

Bagus berdehem sembari memasukkan sebelah tangannya ke saku. "Gue yang mungut bandul itu. Meski gue nggak tahu kenapa lo sampe tega buang bandulnya Kak Callin. Atau jangan-jangan, ada hubungan sama Kak Okan?"

Mungkin akan lain cerita jika saat itu bukan Bagus yang diam-diam membututi Junior sampai ke lantai tiga. Berbeda dengan teman-teman satu gengnya yang cuek, Bagus tipikal lelaki yang peka, yang awas dan tanggap dengan situasi di sekitarnya. Rasa penasarannya tinggi. Ia tidak akan mudah menjudge seseorang tanpa memiliki bukti yang kuat.

Dan karena kemarin ia sendiri yang memergoki Junior membuang bandul itu, ia jadi tidak takut untuk menghakimi Junior.

"Awalnya memang gue nggak mau ikut campur, Bang. Tapi karena gue pernah liat Kak Callin hampir tenggelam gara-gara mau ngambil bandul itu, gue jadi mikir kalo mungkin bandulnya bener-bener berharga buat dia." Bagus teringat kejadian ketika ia menemukan Callin yang nyaris hanyut di belakang sungai sekolahnya.

"Kak Callin berjuang mati-matian buat ngambil bandul itu. Tapi di malam dia dinyatakan koma, dengan mudahnya lo ngebuang bandulnya di halaman belakang rumah sakit," tukas Bagus dengan wajah prihatin.

"Sebenernya di malam yang sama, gue udah usaha mau ngembaliin bandulnya dan gue pasang lagi di hpnya Kak Callin. Cuma waktu gue udah berhasil nyelinap ke kamarnya, gue liat hpnya Kak Callin ada di sofa yang lo tidurin, Bang." Bagus menarik napas panjang lalu menepuk-nepuk punggung Junior.

Bagus mengambil jeda sejenak. Ia mengulik awal mula pertemuannya dengan Junior.

"Sejak pertama liat lo sama Kak Callin, gue langsung jadiin lo panutan, Bang. Gue tahu lo punya cara yang beda buat jagain Kak Callin. Gue tau lo nggak bisa terang-terangan nunjukin perasan itu ke dia. Cuma sekarang, gimana, ya. Gue kayak kecewa gitu, lho."

"Kecewa?" Junior berdecak sinis. "Lo nggak tahu apa aja yang udah gue alami selama ini, jadi nggak usah sok-sokan ngajarin gue. Masih piyik aja banyak omong."

Bagus mengangguk-angguk maklum. Ucapan Junior dianggapnya seperti angin lalu. "Gue harap kemarin lo cuma khilaf ya, Bang. Khilaf itu sekali aja, kalo berkali-kali namanya tuman. Hehe."

STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang