Sebab kenyataannya di antara kita tidak ada yang memulai. Rasa itu muncul sendiri. Lalu tumbuh begitu saja tanpa bisa dicegah.
***
Motor sport milik Junior memasuki gerbang mewah rumahnya yang terbuka secara otomatis. Walau begitu, dua orang satpam yang bertugas seketika langsung menyambutnya di depan gerbang.
Saat ingin memarkir pun Junior hanya tinggal melempar kunci motornya ke salah satu sopir keluarganya yang berjaga di garasi.
"Iya, gue paham. Tadi kan gue udah bilang kalo gue janji bantuin lo."
Dua sopirnya hanya terdiam ketika mendapati Junior berbicara sendiri. Pemandangan seperti itu menjadi hal biasa yang dilihat para pekerja rumahnya.
"Lo kalo ngebacod terus, gue jadi males ngebantu Callin," tukas Junior terdengar geram. Sementara dua sopirnya menunggu laki-laki itu turun dari motor.
Diam sejenak, Junior tiba-tiba menoleh ke sisi kanannya. Raut wajah laki-laki itu berubah serius.
"Gue janji bakal bantuin lo asal Callin bisa liat lo lagi." Junior mengangguk-angguk begitu mendapati sosok di sebelahnya mengangkat kelingking. "Deal."
"Udah pergi sana, gue mau istirahat dulu." Junior mengedikkan dagunya. Tak lama setelah termenung sendiri, ia mendongak menatap langit malam yang tampak bersih. Ke mana bintang-bintang yang biasanya bertaburan di sana?
"Mas? Udah geludnya?" Pak Ferre senyum-senyum takut. Sudah terbiasa, tapi terkadang merinding juga. "Sini saya parkirkan, Mas."
Junior hanya berdeham. Sama seperti sikap dinginnya di luar rumah, pada orang-orang yang sudah akrab pun, Junior tak bisa ramah. Berinteraksi seperlunya saja kalau pas butuh. Selebihnya ia hanya diam kecuali jika ada yang mengajaknya bicara lebih dulu. Itu pun juga hanya direspon Junior dengan jawaban singkat, tak ada basa-basi.
"Mas, udah tahu kalo Mbak Hani yang tinggal di gang depan meninggal?" tanya Pak Ferre saat Junior hendak masuk rumah.
Laki-laki itu terdiam sejenak. Teringat saat pulang tadi ia melihat ada bendera kuning di ujung gang. Ia tidak berusaha mencari tahu keluarga mana yang sedang berduka. Karena biasanya ketika ke luar rumah nanti, ia sering berpapasan dengan arwah-arwah mereka di persimpangan jalan.
"Bukannya Mbak Hani itu yang ngejar-ngejar Mas Junior, tapi Mas Juniornya sampe sekarang tetep nggak mau, ya?" tanya Pak Rezaldi yang langsung mendapat sikutan dari Pak Ferre.
"Hush, nggak boleh ngomongin orang yang udah pergi. Nanti njenengan bisa-bisa didatengin, loh." Pak Ferre memperingati. Ia kemudian mengangkat sebelah tangannya untuk mempersilahkan Junior masuk.
Sambil melangkah ke dalam rumah, Junior tersenyum kecil saat teringat perbincangan dua sopirnya tadi. Walau terkadang Junior mendapati para pegawai di rumahnya ketakutan tiap kali melihatnya berbicara sendiri, tapi ternyata lama-kelamaan mereka akan terbiasa. Mungkin ada sensasi seru yang membuat para pegawainya itu jadi tak bosan bekerja di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya
HorrorSELASA DAN JUMAT #1 - Horor 20 Juli 2020 #1 - Horor 6 November 2020 #1 - Fantasi 24 Desember 2020 Demi menaikkan rating radio Suara Remaja, Sadil Aditya, sang pemilik, sengaja membuka program baru bernama Story Calling. Program yang memberi ruang p...