Aku merasa ada yang tidak beres dan sengaja ia sembunyikan. Tapi aku lebih memilih diam sebab takut kehilangan.
***
Di depan rumah berlantai tiga dengan taman seluas stadion bola itu, terdengar keributan kecil di luar gerbang.
Meski beberapa petugas sudah berusaha mengusirnya, laki-laki asing itu tak berhenti meneriaki nama si pemilik rumah.
"Maaf, Mas. Sesuai perintah Pak Irfan, saat ini tidak boleh ada tamu yang berkunjung ke rumah." Pak Ferre yang berasal dari Timor, mulai naik pitam karena tamunya ngeyel.
"Mending Mas sekarang pulang dulu aja, baru besok ke sini lagi." Pak Rezaldi berusaha tenang.
Okan mengentak-ngentakkan sepatunya ke aspal. Sedikit tak rela jika ia harus pulang tanpa membawa hasil. Sudah susah-susah bawa motor ke pom bensin, nyari alamat Junior pakai maps dan beberapa kali nyasar, begitu sampai lokasi malah diusir seperti ini. Jelas ia tidak terima. Pasti ada cara lain.
"Gini, ya, Pak. Ibaratnya Bapak lagi rapat. Trus tiba-tiba perutnya mules. Eh sama atasan diijinin buang air besarnya setelah rapat selesei. Gimana, Pak, rasanya? Mau meledak, kan, pasti?" tanya Okan penuh emosi karena merasa satpam-satpam di rumah Junior terlalu berlebihan.
Emang dia anak Presiden? Anak pejabat? Lebay banget pengamanannya sampe kayak gini.
"Maaf, Mas. Kami hanya menjalankan perintah. Mau Mas sengotot apa pun, kami tetap tidak bisa memberi ijin." Pak Rezaldi mencoba tetap sopan, meski rasanya pentungan di tangannya sudah ingin dilesatkan ke kepala Okan.
Entah sudah kali keberapa Okan menghela napas panjang. Ia bingung. Teringat bagaimana geramnya Junior saat melihatnya dan Callin berduaan di kamar kos.
Padahal kenyataannya tidak terjadi apa-apa. Hanya kesalahpahaman kecil saja. Tapi Okan tahu betul, Junior yang memiliki karakter keras dan tertutup itu tentu akan sulit diajak berdiskusi. Apalagi jika merasa sudah dikecewakan.
Tapi kecewa karena apa? Okan jadi bingung sendiri. Apa Junior mulai suka Callin? Harusnya nggak boleh gini.
Saat Okan nyaris putus asa dan memilih untuk kembali ke kos Callin, tanpa sengaja ia menemukan sesuatu di saku celananya.
"Oh, iya. Gue masih punya ID Card cadangan." Setelah ID Card yang biasa dibawanya hilang entah ke mana, untuk berjaga-jaga Okan menggunakan ID Card cadangan yang sudah lama tersimpan di rak kamarnya. "Senjata pamungkas."
"Apalagi, Mas. Saya kan sudah bi -"
Pak Ferre seketika bungkam begitu Okan berbalik dan mengangkat ID Cardnya.
"Polisi," bisik Pak Rezaldi sembari menyikut pelan lengan Pak Ferre. Namun pria yang sudah lama bekerja di kediaman Irfan Jaya Raksa itu, terlihat tidak panik meski Okan mencoba menakut-nakutinya. "Surat tugasnya, Pak?" tanya Rezaldi dengan nada lebih sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY CALLIN(G) Sudah Tayang FTV seriesnya
HorrorSELASA DAN JUMAT #1 - Horor 20 Juli 2020 #1 - Horor 6 November 2020 #1 - Fantasi 24 Desember 2020 Demi menaikkan rating radio Suara Remaja, Sadil Aditya, sang pemilik, sengaja membuka program baru bernama Story Calling. Program yang memberi ruang p...