Prolog🍌

80.6K 3.4K 233
                                    

Jangan lupa memberi masukan dan krisar dengan bahasa sopan.

💛Happy Reading💛

.
.
.
.
.

"Dengan demikian, pasangan nomer urut 2 atas nama Alrando Danayaksa dan Viona Salsabiela telah resmi terpilih sebagai ketua dan wakil ketua osis SMA Diamond dalam masa jabatan periode satu tahun." Ucapan resmi yang disampaikan kepala sekolah mendapat sambutan hangat oleh para siswa.

Para pendukung Al dan Viona tidak henti-hentinya bersorak untuk merayakan kemenangan ketua dan wakil ketua osis pilihan mereka.

"Hidup Al!" seru seorang siswa di tengah-tengah kerumunan.

"Hidup!" seru siswa yang lainnya.

"Hidup Al!"

"Hidup!"

"Sudah-sudah, kalian tenang dulu," sela kepala Sekolah.

Seketika para siswa langsung diam, mereka mefokuskan perhatian untuk menyimak apa yang akan disampaikan kepala sekolah.

Kepala sekolah tersenyum sambil memandang para siswa yang mematuhi ucapannya, setelah itu dia mempersilakan Al dan Viona naik ke atas mimbar untuk menyampaikan pidatonya.

"Nah Al, silakan kamu menyampaikan pidatomu."

Al naik ke atas mimbar dengan tampang datarnya, berbeda dengan Viona yang memasang tampang sumringah ketika berjalan di samping Al. Viona mengalungkan tangannya di lengan Al, namun sesaat kemudian tangannya sudah ditepis kasar oleh cowok itu.

"Ck," decak seorang siswi yang sedang mengamati mereka sambil makan permen di rooftop sekolah bersama enam sahabatnya.

"Kenapa Ar?" tanya salah seorang sahabatnya yang bernama Dion.

"Si Kutub Utara jadi osis noh," jawab gadis yang disapa Ar itu sambil menunjuk Al dengan dagunya.

Seorang laki-laki yang memiliki wajah hampir sama dengan Dion ikut bertanya. "Emang kenapa?"

"Nggak suka aja gue liat mereka berdua, apalagi si nenek lampir noh," Sungut Arlen sambil memandang Viona dengan pandangan jengkel.

"Bener, gua juga nggak suka. Kemarin aja waktu dia jadi pengurus aja udah blagu, apalagi sekarang jadi inti, berasa sekolah punya dia kali," timpal Galaksi.

Al berpidato menyampaikan visi misi yang akan diterapkannya selama masa jabatan. Setelah selesai, Al menyempatkan matanya untuk mengamati setiap murid, namun tanpa sengaja netranya menangkap manik seseorang yang sedang mengamatinya dari kejauhan.

Arlen gelabakan dan langsung memutuskan padanganya ketika menyadari tatapan Al mengarah padanya. Gadis itu menghela napas kemudian merebahkan kepalanya dalam pangkuan Angkasa yang sedang berkutat dengan game onlinenya.

"Yah Len lo mah, kan jadi kalah gue," protes Angkasa sambil menggaruk kasar tengkuknya.

Arlen mendengus sambil memejamkan kedua matanya."Tinggal main lagi apa susahnya sih? Gitu aja repot," ketus gadis itu.

Arlena Fransiska. Gadis manis yang memiliki kulit seputih susu dan rambut yang begitu memukau, kelopak matanya yang indah dihiasi oleh bulu mata lentik serta alis natural yang rapi alami, ditambah bibir pink delima yang sangat menggoda, menambah kesan sempurna untuk penampilannya.

Cantik.

Sebagian besar orang akan mengatakan begitu, tapi jangan tertipu dengan semua itu karena dibalik senyum tipis yang manis, ada sifat bengis yang membuat siapapun yang bermasalah dengannya pasti menangis bahkan sampai histeris.

I'm Not a Little Banana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang