Celaka!🍌

17.9K 1.5K 242
                                    

Kasih tau jika ada typo atau kata ambigu ya

Happy reading
.
.
.
.
.

Sepulang sekolah, Angkasa menghampiri Arlen yang tengah menunggunya di depan pintu gerbang. Terlihat Arlen sedang menunggunya seorang diri, itu berarti teman-teman yang lainnya sudah pulang.

"Lo mau diantar ke mana Len?" tanya Angkasa sesampainya di dekat Arlen.

"Ke rumah Alran aja, soalnya mama masih di sana."

Angkasa mengangguk, kemudian mempersilakan Arlen naik, setelah itu dia memacu motornya menembus jalanan menuju rumah Alran.

Sesampainya di sana, Angkasa diam sejenak, menatap Arlen yang merapikan rambutnya. Tangannya telulur membantu menyelipkan beberapa helai rambut gadis itu ke belakang telinga. Mendapat perlakuan hangat dari Angakasa membuat Arlen tersenyum manis. Mungkin, bagi Arlen tersenyum seperti adalah hal yang biasa, tetapi tidak dengan Angkasa yang terpesona.

Arlen terlihat cantik, bahkan sangat cantik. Namun sayangnya sampai kapanpun dirinya tidak akan bisa memilikinya, karena Arlen hanya akan menganggapnya sebagai sahabat, tidak lebih. Dan seharusnya Angkasa sadar dan mengubur saja perasaannya sejak awal. Namun mau bagaimana lagi? Semuanya sudah terlambat, semakin ingin dia melupakan malah semakin sering teringatkan.

"Thank's ya Sa," ujar Arlen.

"Yoi, gue cabut ya."

"Yaudah kalau gitu hati-hati!"

"Iya, lo juga, kalau ada apa-apa langsung kabarin gue ya."

"Oke."

Sepeninggal Angkasa, Arlen masuk dan tidak sengaja berpas-pasan dengan pak Satpam yang kemarin dihajarnya habis-habisan. Gadis itu meringis melihat kondisi wajah pak satpam yang jauh lebih buruk darinya.

"Mianhae ya Pak, kemarin saya ke bawa emosi," sesal Arlen.

" Yowes gapapa Non," sahut si satpam,  "Non jangan panggil saya 'Pak' gitu, berasa tua saya jadinya," sambungnya keberatan.

"Terus Arlen harus panggil apa?"

"Akang aja non."

"Akang? Akang Daniel atau Akang Taehyun?"

"Maksudnya Non?" tanya Satpam muda itu.

Arlen menggelengkan kepalanya, "Bukan apa-apa ... yaudah kalau begitu, Arlen masuk dulu ya, sekali lagi Arlen minta maaf Kang."

"Iya non, saya juga minta maaf atas kejadian kemarin."

Arlen mengangguk kemudian bergegas masuk.

"Assalamualaikum," salam Arlen.

Hening, tidak ada sahutan sama sekali.

"Tante? Mama?"

"Al?"

"Kemana orang-orang," batin Arlen.

Arlen menaiki anak tangga satu persatu dengan malas. Gadis itu sepertinya ingin ke kamar Alran yang letaknya di lantai atas.

"Al lo ada di dalam?" tanya Arlen sesampainya di depan pintu kamar Alran.

"....."

Karena masih tidak ada sahutan, akhirnya Arlen memutuskan untuk membuka pintu dan melangkah masuk. Kini dirinya sudah berada di dalam kamar Alran, tetapi netranya masih tidak menemukan keberadaan laki-laki itu.

I'm Not a Little Banana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang