Diculik🍌

11.4K 840 122
                                    

Anyeong, jangan lupa krisarnya ya.

..... Happy Reading .....

Arlen dengan matanya yang masih sembab, menyorot area parkiran dengan raut wajah bingung, pasalnya sudah tiga kali dia mengelilingi area itu untuk mencari keberadaan Al, tapi dia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Al di sana, bahkan mobil mereka pun sudah tidak ada. Arlen kembali mencoba mengamati satu persatu, barang kali ada yang terlewat.

Satu menit

Dua menit

Tiga menit

Suasana hati Arlen semakin bertambah kalut. Dia mengambil ponselnya mencoba menghubungi Al, namun ponsel laki-laki itu tidak aktif, Arlen berlari ke pojok bagian kanan meskipun dia tidak yakin kalau mobilnya ada di sana. Karena dia melihat jelas kalau Al memarkirkan mobilnya di bagian depan.

"Duh Al ke mana sih?" panik Arlen.

"Ga mungkinkan dia ninggalin gue sendirian di sini?"

"Hiks, tega lo Al ...."

Arlen menyerah untuk mencari, gadis itu memilih untuk memesan taksi online dan menunggunya di kursi pinggir jalan yang disediakan pemeritah. Tidak sampai delapan menit taksi yang dipesannya sudah muncul.

"Cepat banget sampainya. Perasaan jarak dari jalan Garuda ke sini lumayan jauh. Astagfirullah jangan suuzon Ar, mungkin supirnya ngebut. Tapi kalau pun iya, butuh waktu lebih dari sepuluh menit agar bisa sampai ke sini, itu pun sudah dalam kecepatan 180 kilometer per jam," batin Arlen yang membuatnya ragu untuk melangkah.

"Neng, Neng! Kok melamun? Jadi naik gak?" tanya sang supir.

Arlen menggelengkan kepalanya, gadis itu mencoba menepis semua pikiran buruknya. Namun tetap saja, firasat akan suatu hal buruk mengganjal di hatinya.

"Neng, kalau gak jadi saya pergi nih."

"Eugh jadi Bang, jadi," gugup Arlen sambil membuka pintu mobil dengan sedikit gemetar.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih sepuluh menit, persimpangan rumah Arlen sudah terlihat membuat Arlen bernapas lega untuk itu. Tapi bukannya belok, supir taksinya malah tetap lurus.

"Bang, seharusnya kita belok kiri, kenapa abang tetap lurus?"

"Saya ingin tetap dijalan yang lurus Neng, biar gak sesat."

" Gaada akhlak lo bang, cepat turunin gue di sini."

"Enak aja bilang gue gak ada akhlak, elo tu yang gak punya akhlak, ngomong sama orang tua, kaya ngomon sama teman."

"Emang lo ngerasa udah tua ya Bang?"

"Yaa anu itu, lebih tua dibanding lo lah," jawab supir taksi itu terkesan santai.

"Bang lo gak ada niatan buat nyulik gue kan?"

"Ya enggak lah, ngapain gue nyulik lo gak ada faedahnya."

"Terus lo ngapain bawa bawa gue seenak jidat?!"

"Gue disuruh, bukan gue yang mau nyulik lo tapi orang lain."

"Wah parah lo Bang, gak takut dosa apa?"

"Bukannya membantu orang yang kesulitan itu mendapat pahala ya? Dia kesulitan buat nyulik lo, makanya minta bantuan gue. Karena gue baik, gue bantu lah."

"Yaelah Bang, nggak gitu juga konsepnya."

"Mending lo diam Neng, biar gue fokus nyetir."

"Bang, lo jangan macam-macam ya, atau gue telpon polisi. Gini-gini gue juga anak pejabat."

I'm Not a Little Banana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang