Halo, jangan lupa memberi kritik dan saran dengan bahasa sopan ya.
..... Happy Reading .....
"Al lo lihat beha gue yang warna kuning gak?" tanya Arlen dengan mata yang sibuk meneliti setiap sudut rumah. Barangkali ada behanya yang terselip.
Al yang santai dengan bukunya menggelengkan kepalanya, bukan sebagai isyarat tidak, melainkan pria itu sedang merasakan sedikit pusing.
"Emang lo taro di mana?" tanyanya sambil memijit pelipisnya.
"Ck, kalau gue ingat, gue gak bakal nanya sama lo," decak Arlen sambil menggaruk kepalanya frustasi karena tidak menemukan barang yang ia cari.
"Bantu gue cari napa Al? Istri kesusahan harusnya dibantuin," ujar Arlen setengah kesal.
"Ar, harga beha paling berapa? Tinggal belikan gampang."
"Ini bukan masalah harga Al, gue takut beha gue diambil maling."
"fftthh, gausah ngelawak Ar. Mana ada maling yang mau nyolong beha, kurang kerjaan banget," sahut Al menahan tawanya dan melupakan sedikit rasa sakitnya.
"Ada," jawab Arlen.
"Siapa coba?" tanya Al sambil melipat tangannya di depan dada.
Arlen mendekatkan bibirnya di telinga Al.
"Itu tetangga kita yang rumahnya ada pintu, dia punya kelainan jiwa. Suka nyolong pakaian dalam cewek buat bahan anu," bisik Arlen.
"Su-Sunarjo itu?" sahut Al karena jarak mereka yang hanya beberapa centi.
Arlen mengangguk dengan wajah serius. "Coba lo cek gih!" suruh Arlen.
Al tanpa sadar mengangguk, namun hanya berlangsung beberapa detik, laki-laki itu menggelengkan kepalanya setelah kesadarannya kembali.
"Apa? Ih gak, gak, gue gak mau," ujar Al sambil menggeleng, "lagian tahu dari mana lo, kalau dia gitu, btw dosanya gede loh suuzon sama orang," sambungnya mewanti-wanti.
"Ish gue itu gak suuzon Al, gue dengar langsung dari omongannya tetangga," sahut Arlen sambil mendaratkan bokongnya di sofa, di samping Al.
" Omongan tetangga?" ulang Al.
Arlen mengangguk, "iya waktu itu gue mau keluar beli sayur ke supermarket, terus gue diajak mampir sama bu Lesty buat kumpul-kumpul, karena bosan juga gue iyain dan ternyata mereka lagi bahas si Sunarjo itu."
"Lo ghibahin orang?" tanya Al serius.
"Eghh anu itu ee..." gagap Arlen memilin telunjuknya sambil berpikir mencari alasan yang tepat untuk diajukan pada Alran.
Arlen tahu, kalau Al melarang keras dirinya untuk menggibah orang lain padahal kadang-kadang Al juga suka menggibah dirinya, kalau ditanya pasti jawabnya khilaf.
"Cewek itu kerjaannya ghibah mulu heran gue, gak mommy, gak mama, elo juga sama aja. Ga takut neraka apa?!" kata Al"Tapi gue cuma ...." belum sempat Arlen menyelesaikan kalimatnya Al sudah lebih dulu menyela.
"Cuma apa?! Cuma dengerin doang? Alah ga mungkin lo pasti ikut nimbrungkan?" sela Al.
"Dikit," cicit Arlen.
"Lo kalau masuk neraka jangan tarik-tarik gue nanti, gue udah nasehatin lo-nya aja yang gak mau dengar."
"AL LO DOAIN GUE MASUK NERAKA?!"
"BUKAN GUE YANG DOA, TAPI KELAKUAN LO TU YANG MIRIP CALON PENGHUNI NERAKA, UDAH GAK PATUH SAMA SUAMI, GHIBAHIN ORANG LAGI!" ujar Al yang akhir-akhir ini sifatnya kaya honda, semakin digas malah semakin kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not a Little Banana [END]
Teen FictionCover : baeadoraa Penulis : Nurul Hikmah [SUDAH TAMAT PART LENGKAP] Berawal dari keisengan tiga sahabatnya yang menyebabkan Alran dipaksa untuk menikahi seorang gadis mesum amburadul dengan kecerdasan unggul. Arlen tidak pernah menyangka bahwa rasa...