Menghapus Ingatan🍌

10K 731 63
                                    

Maaf karena baru bisa up sekarang, maaf juga karena belum sempat membalas komenan kalian, tetap jadi pembaca setia ya.
.

.
.
.
Happy Reading

"ARLEN!"

"WOY ARLEN BANGUN!" teriak Juki sambil mengguncang-guncang tubuh Arlen.

"Ya elah, ini anak tidur atau pindah alam sih? Di bangunin gak bangun-bangun, jangan-jangan mati lagi," monolog Juki.

"Astagfirullah, ilernya udah kayak air terjun di alam bebas aja. Deras dan beraroma ... mending kalau aroma air terjun enak, menyegarkan. Lah ini? mematikan cuy ...," celoteh Juki.

"Arlen bangun kita sudah sampai di bandara woy, lima belas menit lagi pesawat berangkat!" Juki kembali berteriak, kali ini di samping telinga Arlen.

"Eugh." Arlen menggeliatkan badannya pertanda tidurnya terusik. Merasa ada yang meleleh di sudut bibirnya, Arlen menyapu mulutnya menggunakan telapak tangan. Perlahan matanya terbuka menampilkan bayangan seorang laki-laki yang familiar di matanya.

Tidak lain dan tidak bukan ialah Juki.

"Haaa ... Juki!" pekik Arlen memegang pipi Juki tanpa merasa sungkan memakai tangannya yang bekas melap iler, bahkan kini ilernya melekat di pipi Juki.

"Lo gapapakan? Tadi diapain sama polisi? Mereka gak nyakitin lo kan?" tanya Arlen beruntun.

Wajah Juki langsung memerah seketika, itu membuat Arlen bingung dan khawatir bersamaan.

"Juki lo kenapa?" tanya Arlen.

"Huek."

Juki menepis tangan Arlen dan berlari entah ke mana. Melihat itu, Arlen ikut menyusul, tidak lupa membawa tas mereka.

Dengan kesusahan Arlen membawa tas keduanya sambil menyusul Juki, namun langkah Arlen langsung terhenti ketika melihat Juki memasuki toilet khusus laki-laki.

Selang beberapa menit Arlen menunggu Akhirnya Juki kembali dengan wajah yang masih basah.

"Nih, minuman orang pintar," ucap Arlen sambil menyerahkan sesashet obat masuk angin.

"Apaan nih" Tanya Juki.

"Tolak angin."

"Iya gue tahu, maksud gue buat apa?"

Arlen memutar bola matanya malas, kemudian berdecak, "ck, ya buat diminum lah. Lo kan tadi mual-mual."

"Ar ...."

"Hmm?"

"Gue gak butuh tolak angin."

"Terus, lo butuh pijitan gue buat modus?"

Juki menggeleng sambil tersenyum.

"Lalu?"

"Gue butuhnya tolak bala," desis Juki sambil melengos meninggalkan Arlen yang masih memikirkan ucapannya.

"Tolak bala?" gumam Arlen bertanya-tanya, sesaat kemudian gadis itu tersenyum setelah paham dengan maksud perkataan Juki.

"Pasti bala yang dimaksud Juki itu, gue."0

Arlen mengalihkan pandangannya pada sekelilingnya. Syukurlah dia masih di bandara dan Juki juga masih bersamanya, itu berarti yang tadi hanyalah mimpi.

Tanpa sadar, Arlen sudah jauh tertinggal.

"WOY JUKI TUNGGUIN GUE!" teriak Arlen sambil berlari menyusul Juki yang sudah berjalan lumayan jauh.

I'm Not a Little Banana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang