PMS🍌

30.3K 2.1K 79
                                    

Tekan bintang untuk menghargai author

Happy Reading
.
.
.
.
.

"Woy Bim flashdisk lo sudah nih!" teriak Arlen, padahal jarak antara mereka hanya berkisar beberapa langkah.

"Titip dulu."

"Yaudah, nanti kalau mau ambil, flasdisknya ada di tas gue ya."

Bima mengagukkan kepalanya. "Oke sip," ucapnya sambil mengajungkan jempolnya, laki-laki itu kemudian berjalan keluar kelas ditemani Dian dan Dion.

"Kalian mau ke mana? gue ikut," ujar Arlen.

Bima menaikkan sebelah alisnya, "ke toilet,lo mau ikut?" tanyanya.

"Ye, enggak lah!"

"Yaudah."

Sepeninggal mereka, Arlen membuka buku geografi miliknya, lalu mempelajari bagian yang tidak dia perhatikan saat guru menjelaskan.

Ketika Arlen tengah asik belajar, seorang laki-laki datang menghampirinya sambil membawa sebuah kotak bekal yang entah apa isinya.

Tuk

Arlen memandang kotak bekal yang dilempar pelan ke atas mejanya. Kemudian gadis itu menaikkan tatapannya untuk melihat si pelaku.

"Apaan nih?!" ketus Arlen sambil menatap tajam Alran yang berdiri di depannya.

"Titipan," Jawab Al singkat.

"Woa dari siapa? Penggemar rahasia gue ya?" tanya Arlen dengan wajah yang berseri-seri.

"....."

"Woy budek, lo denger gue ngomong nggak?"

"Mommy."

"Hah?"

"Dari mommy."

"Eh Kutub, coba kalau ngomong tuh ya, jangan setengah-setengah, kaga ngerti gue," papar Arlen, namun Al hanya mengendikkan bahunya acuh, kemudian laki-laki itu melenggang pergi tanpa permisi.

"Ck, dasar tidak sopan," decak Arlen sambil mencebikkan bibirnya kesal.

Arlen meraih dan membuka kotak bekal yang diberikan Al padanya. Gadis itu menengok isi bekal yang ternyata dua potong sandwich, tanpa membuang banyak waktu Arlen langsung mengambilnya dan memakannya dengan lahap.

"Pulang bareng gue."

"uhuk-uhuk! "

Arlen meraih air mineral yang ada di tasnya, kemudian menegaknya hingga tandas. Celutukan Al benar-benar membuatnya kaget hingga tersedak.

"Lo ngapain tiba-tiba nongol kayak jelangkung gitu, Kutub. Bikin kaget tau gak."

"......"

"Gue gak mau pulang bareng lo."

"Itu sih terserah lo, tapi yang pasti supir lo gaakan jemput."

"Kenapa emang?" tanya Arlen, namun Al hanya menggendikkan bahunya acuh.

"Pokoknya gue gak mau."

"Terserah," dengus Alran. Sungguh, pria itu tidak perduli sama sekali.

*****

"Sorry Bim, gue beneran gak tau kalau itu Wi-fi lo," lirih Sakti dengan raut wajah merasa bersalah.

"....."

I'm Not a Little Banana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang