Jodoh pasti bertemu🍌

8.1K 657 94
                                    

Empat tahun kemudian....

Alrando Danayaksa

Nama yang selalu disebut-sebut dalam dunia bisnis dan yang menjadi idaman para gadis. Al kini menjelma sebagai CEO muda berbakat yang namanya kian melangit. Karena kecakapannya dalam dunia bisnis membuat Al mampu meraih banyak penghargaan yang bahkan tidak bisa diraih daddynya sendiri. Dibekali wajah tampan dan kekayaan yang melimpah membuatnya menjadi banyak incaran wanita maupun gadis. Namun di balik kepopulerannya Al mempunyai sifat dingin dan hati yang beku.

Jika dulu Al bersifat dingin hanya karena menjaga image biar dicap sebagai cool boy di sekolah, berbeda dengan sekarang, sifat dinginnya hadir seiring hatinya yang perlahan membeku hanya karena kepergian seseorang. Seseorang yang namanya masih utuh, bahkan ketika orang itu sudah menghilang empat tahun yang lalu.

Pagi-pagi sekali Al sudah siap dengan pakaian kantornya. Bagi Al, semua kesuksesan dimulai dari kedisiplinan, maka dari itu Al menerapkan banyak peraturan dan bagi yang melanggar akan langsung diberhentikan.

"Al, Daddy mau kamu menghandle perusahaan Daddy di Jerman," celetuk Danayaksa to the point membuat Al mengurungkan niatnya untuk memasukkan roti ke dalam mulutnya.

"Aku sibuk dengan perusahaanku sendiri," sahut Al dingin.

Danayaksa menghela napas berat, begitu juga dengan Vannesa yang tidak berani bersuara. Anak mereka kini benar-benar berubah. Al sangat membenci Vannesa ketika mommynya itu berniat menjodohkannya dengan anak sahabat barunya. Sebab, Vannesa dan Naomi yang dulunya sedekat nadi sekarang sudah sejauh matahari.

"Al, tolong sekali ini saja turuti permintaan Daddy." Pria yang rambutnya sudah mulai ditumbuhi uban itu terlihat memohon.

"Jelaskan mengapa aku harus menghandlenya dan apa keuntungan yang aku dapatkan jika melakukannya," ujar Al tanpa menatap lawan bicara.

"Al ...." Vannesa mulai membuka suaranya.

"Mom sebaiknya diam," tekan Al.

"Daddy sudah tua ...."

"Bagus kalau sadar," celetuk Al memotong ucapan Danayaksa.

Lagi-lagi Danayaksa menghela napas menghadapi sikap tidak bersahabat anaknya.

"Karena itu Daddy sudah tidak bisa lagi bolak-balik keluar negeri. Itulah alasan kenapa kamu harus menghandlenya, sebab kamu adalah harapan Daddy satu-satunya dan juga DNA Group bukanlah perusahan kecil. Itu akan menguntungkan jika perusahanmu bergabung dengan perusahaan Dad," jelas Danayaksa.

"Menarik ... tapi sayang sekali aku tidak tertarik," sahut Al.

"Dad mohon Al, jika kau tidak bisa menghandlenya paling tidak gantikan Dad dalam rapat pemegang saham yang dilaksanakan besok lusa."

Al bergeming, tetapi alisnya bertaut menandakan dia sedang berpikir.

"Baiklah, aku akan berangkat malam ini. Kabari pilot pribadi ayah, aku ingin penerbangan jam 7 malam."

Danayaksa tersenyum senang mendengar itu. "Baiklah," sahutnya.

"Aku pergi," pamit Al seraya bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju mobil. Di depan mobil terlihat seorang supir pribadi sedang menunggu kehadiran sang tuan, dengan sigap supir itu membukakan pintu untuk Al.

"Kau yakin melihatnya?" tanya Vannesa membuka suara setelah memastikan Al sudah benar-benar berangkat.

"Ya, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Saat itu dia sedang mengajukan formulir, tapi anehnya sikapnya seperti seakan-akan tidak mengenalku. Lihatlah ini ...," jawab Danayaksa sambil memperlihatkan benda pipih menyala yang menampilkan biodata seseorang lengkap dengan foto orang itu.

I'm Not a Little Banana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang