Jangan lupa memberi kritik dan saran dengan bahasa sopan ya.
..... Happy Reading .....
"Huaammm," Arlen menguap. Dengan santainya dia mengabaikan teriakan dan tatapan membunuh Naomi. Toh, ibunya pasti tidak akan membunuhnya.
"Arlen bangun! Bangun! Bangun!" greget Naomi sambil mencubiti tubuh anaknya bertubi-tubi.
"Yak! Akh Ma, sakit! Aw! Aw! Aw!" pekik Arlen sambil berusaha menahan serangan mamanya.
"Kamu niat menikah atau tidak ha?!" tanya Naomi garang.
"Tidak!" sahut Arlen lantang.
"Kamu berani melawan Mama?"
Arlen memandang mamanya dengan mata sayu dan rambut kusut khas bangun tidur.
"Ma, Mama itu harusnya bersikap dewasa. Jangan mentang-mentang Mama itu berteman akrab sama momynya Al. Kalian jadi semena-mena menjodohkan kami, seakan tidak memikirkan kehidupan kami selajutnya setelah menjalani nikah paksa. Nikah itu bukan hal sepele Ma,bagaimana bisa kami menikah? Jika kamu tidak saling mencintai," tutur Arlen panjang lebar, berharap Naomi luluh dan membatalkan pernikahan konyol mereka.
"Tahu apa kamu tentang cinta Ar? Dulu juga, Mama sama papa kamu dijodohkan, oleh eyang. Kami juga dulunya tidak saling mencintai, tapi seiring berjalannya waktu kamu bisa nongol tuh karna goyangan papa di atas Mama," sahut Naomi santai.
"Ish, Mama apaan sih! gak malu apa ngomong kotor kaya gitu di hadapan anak sendiri?!" risih Arlen dengan pipi semerah tomat.
Bukan, Arlen bukan anak polos yang malu-malu jika mendengar kata vulgar, tapi di sini yang bicara begitu adalah mamanya, entah kenapa Arlen sangat risih mendengar mamanya berbicara seperti itu.
"Loh gapapa dong, bentar lagi kamu juga nikah."
"Mama aja yang nikah sama Al."
"Mau digorok papa?"
"Emang papa berani?"
" Sudah sana ganti baju, kita mau berangkat."
"Tapi Ma, Arlen itu cuman mau nikah sama Jimin."
"Mama suruh kamu ganti baju, bukan halu!"
"Gamau, udah sana! Mama sama tante Vannesa aja yang pergi."
"Lima menit atau kamu kehilangan uang jajan."
"No problem," sahut Arlen santai.
Arlen tersenyum miring, gadis itu meremehkan ancaman mamanya. Kehilangan uang jajan? Itu tidak menjadi masalah sebab Arlen tidak sepenuhnya bergantung pada orang tuanya. Bahkan sekalipun iya, masih ada ADDGBS yang senantiasa di sampingnya.
Lima menit berlalu...
"Arlen! Kamu ini memang anak yang keras kepala!"
"Hmmm," gumam Arlen sambil mengubah posisi tubuhnya menjadi telentang.
Melihat itu, Naomi menggelengkan kepalanya, kemudian berjalan tergesa-gesa menghampiri Arlen. Setelah berada di samping anaknya, tanpa segan Naoni menyambar kuping Arlen dan menariknya cukup kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not a Little Banana [END]
Teen FictionCover : baeadoraa Penulis : Nurul Hikmah [SUDAH TAMAT PART LENGKAP] Berawal dari keisengan tiga sahabatnya yang menyebabkan Alran dipaksa untuk menikahi seorang gadis mesum amburadul dengan kecerdasan unggul. Arlen tidak pernah menyangka bahwa rasa...