Bertemu🍌

8.9K 719 52
                                    

Fajar menyingsing, matahari masih tampak malu-malu memancarkan seburat kuningnya.  Axel terbangun dari tidurnya, laki-laki itu merenggangkan tubuhnya sebentar kemudian menyingkap selimutnya dan berjalan pelan menuju kamar Arlen yang bersebelahan dengan kamarnya untuk membangunkan sang gadis. Saat tangannya ingin mengetuk pintu, gagang pintu sudah lebih dulu ditarik dari dalam.

Ceklek

"Sudah bangun?" tanya Axel lembut.

"Heumm," jawab Arlen malas sambil mengucek-ngucek matanya yang masih ingin terpejam.

"Kamu mandi duluan gih, biar aku yang buat sar  ...," ucapan Axel terpotong saat mendengar bunyi sesuatu yang dibanting.

BRAK

PRANG

BRUKK

Arlen dan Axel saling beradu pandang, sesaat kemudian menoleh arah sumber suara.

"Kenapa Yo?" tanya Daniel dengan wajah bantal.

Axel menggendikkan bahunya. Daniel kemudian menatap Arlen seakan minta menjelasan, tetapi yang ditatap malah memberikan respon sama seperti yang Axel berikan padanya. Tidak lama setelah mereka berkutat dengan tebakan mereka masing-masing, Juki keluar dari kamar dengan mata sembabnya.

"Hiks, hiks ... DASAR HUMAN GAK ADA AKHLAK!" teriaknya sambil terisak.

"Juki kamu kenapa?" tanya Arlen.

Semenjak lupa ingatan, Arlen tidak pernah lagi memakai bahasa gaul seperti panggilan "Lo-Gue" dia lebih cenderung memakai bahasa sopan, sebab itulah Juki awalnya sempat mengira kalau Arlen sakit jiwa.

"Len, gue mau lo jujur sama gue. Apa gue terlihat mirip Eunwoo?" tanya Juki dengan mata berkaca-kaca.

Baru saja Arlen ingin menganggukkan kepalanya, perkataan Juki selanjutnya membuat dia mengurungkan niatnya.

"Masa iya gue dibilang mirip dia, ketutup apa coba pandangan mereka? dasar netizen +62!"

Arlen mengelus elus punggung Juki seakan memberikan kekuatan untuknya menghadapi cobaan komentar netizen.  Arlen berniat membuka suara, akan tetapi Juki lagi-lagi membuatnya kembali mengurungkan niatnya.

"Kenapa gak sekalian bilang gue mirip Jaemin biar gue sleding mereka sekalian," geram Juki.

Arlen mengatupkan bibirnya rapat, padahal tadi dia berniat berucap seperti itu untuk menghibur Juki. Namun syukurlah dia belum sempat mengucapkannya, jika tidak, bisa saja dia yang akan disleding Juki.

"Sayang, sepertinya kamu akan terlambat dihari pertamamu bekerja," kata Axel menyadarkan Arlen.

Arlen menolehkan kepalanya, matanya menatap jam dinding yang berukuran lumayan besar. Arlen terbelalak saat melihat jarum jam menunjukkan angka 06:30. Dengan gerakan cepat Arlen berlari menuju kamar mandi, tidak perlu waktu lama Arlen sudah kembali lengkap dengan pakaian kantornya.

"Aku berangkat," pamit Arlen sambil mengecup singkat pipi Axel.

"kamu gak sarapan dulu?" tanya Axel.

"Nanti aja takutnya gak sempat, tolong sisakan aku nasi goreng buatanmu. Aku akan memakannya setelah pulang kerja," kata Arlen tidak ingin mengecewakan Axel yang sudah bersusah payah menyiapkan sarapan untuknya.

Axel mengangguk dan tersenyum hangat. Dia memberi isyarat pada Daniel untuk menggantikannya mengantar Arlen ke kantor karena setelah ini ada pertemuan penting yang harus dihadirinya.

"Alen inget baik-baik omongan gue!" seru Juki.

"Iya!" sahut Arlen sambil tetap berjalan.

"Lo ngomong apa sama dia?" tanya Axel memasang mimik curiga, takutnya Juki mengajarkan Arlen yang tidak-tidak seperti kemaren.

I'm Not a Little Banana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang