Mengingat Kembali

10.9K 749 45
                                    

Bro, ini peringatan ya. Part ini mengandung unsur 21+ jadi jangan terlalu dihayati.

Happy Reading

Al meletakkan tubuh Arlen di atas sofa, kemudian laki-laki itu memijit pelipisnya pelan sambil menelan susah salivanya. Bagaimana tidak(?) Penampilan Arlen sekarang sungguh sangat menggoda iman. Dengan dress hitam yang sangat kontras dengan kulit putih nan mulusnya, ditambah keringat di sekujur tubuhnya yang membuatnya terlihat sangat seksi. Dan jangan lupakan ekspresi wajah erotis itu, karena Arlen sedang berada di bawah pengaruh obat perangsang.

"Siapa yang memberinya obat perangsang, apakah Axel?"

Tangan Al terkepal kuat memperlihatkan buku-buku tangannya memutih. Kecemburuan mulai menghantui Al membuatnya seakan hilang kontrol, apalagi dia telah mengetahui kalau Axel adalah Leo. Bocah ingusan yang dulunya sudah berambisi merebut Arlen darinya.

"Eughh panas," racau Arlen dengan bibirnya terlihat sedikit membengkak berwarna pink kemerahan alami.

"Apa Axel pernah melumatnya?" 

Jiwa suuzon Al mulai berkoar-koar membuat dirinya semakin hilang kontrol, dengan sigap Al meraih tubuh Arlen dan membawanya ke kamar mandi. Dia meletakkan tubuh Arlen di dalam bathub, lalu mengguyurnya dengan air dingin.

"Aku tidak pernah mengijinkanmu untuk melupakanku," ucap Al sambil mengusap lembut leher Arlen yang basah.

"Eughh," lenguh Arlen saat merasakan usapan di lehernya.

Al menarik tangannya dan sedikit memundurkan tubuhnya, dia memberikan Arlen sedikit ruang untuk mengembalikan kesadarannya.

Arlen memejamkan matanya mencoba merasakan rasa panas yang berangsur-angsur menghilang. Dengan perlahan Arlen membuka kelopak matanya yang indah. Betapa terkejutnya Arlen saat dirinya mendapati sosok atasannya yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam. Hal itu membuat Arlen panik bukan main, belum sempat dia membuka suara atasannya itu sudah membungkam bibirnya. Arlen berusaha memberontak, tetapi tidak bisa karena Al telah mengunci pergerakannya.

Lidah Al menyapu permukaan bibir Arlen yang terkatup rapat. Tangan kanannya mencengkram kedua tangan mungil Arlen untuk mengunci pergerakan gadis itu, agar tidak memberontak. Sedangkan tangan kirinya menarik kencang dress Arlen sehingga membuatnya sobek menampilkan gudukan kenyal yang terekspos, rupanya Arlen tidak mengenakan bra.

Perlakuan Al membuat Arlen menangis histeris.

"Hiks, apa yang kau lakukan," isak Arlen saat Al menghentikan cumbuannya.

"Apa Axel pernah melumat bibirmu?!"

"Apa maksudmu hiks?! Tolong lepaskan aku hiks. Aku mohon ...."

"Apa dia pernah menghisap payudaramu?"

Duk

"Akh."

Al merasakan ngilu saat kaki Arlen menendang senjatanya yang sedang dalam keadaan tegang-tegangnya.

"Pertanyaan apa itu?! Sangat tidak sopan," protes Arlen.

Al tidak menyahut, wajahnya merah padam menatap Arlen. Merasa tatapan Al kian menyeramkan, Arlen beringsut mundur, meski hanya bisa memundurkan tubuhnya beberapa centi. Pergerakan Arlen dapat dirasakan Al, laki-laki itu kian merapatkan tubuhnya menghapus jarak di antara mereka.

"Aku akan mengembalikan ingatanmu, tidak perduli meski harus membuatmu sakit. Karena aku akan menganggapnya sebanding dengan penderitaan yang selama ini aku rasakan," desis Al sambil melepas baju dan celananya menyisakan boxer yang masih melekat menutupi senjatanya.

I'm Not a Little Banana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang