Arlen membuka kelopak matanya perlahan. Karena dirasanya kepalanya masih nyut-nyutan, Arlen bergeming sesaat. Kemudian mengedarkan pandangannya. Matanya menyorot seluruh ruangan yang tampak asing baginya, Arlen sedikit terkejut saat mendapati sosok bosnya yang sedang menyeduh pop mie tidak jauh dari tempatnya berbaring.
"Arlen kamu sudah bangun?" tanya Alran basa-basi.
Ya jelaslah Arlen sudah bangun, jika tidak matanya tidak akan terbuka. Kan tidak lucu orang pingsang matanya melek.
"Belum Pak," sahut Arlen kembali memejamkan matanya, takut jika Al langsung menyuruhnya pulang karena Arlen masih ingin membujuk Al soal pekerjaannya, sebab Arlen tidak benar-benar serius ketika mengatakan dia ingin mengundurkan diri.
Aroma harum pop mie rasa baso sapi senyeruak masuk memenuhi indra penciuman Arlen. Arlen menelan salivanya karena tergiur, tidak bisa dipungkiri aromanya benar-benar menggoda. Ditambah Arlen juga belum sarapan membuat perutnya bergemuruh meminta asupan.
"Oh, padahal saya mau ngasih ini. Karena kamu pingsan tadi perutmu tidak henti-hentinya berbunyi, saya pikir peliharaan kamu lapar," ujar Al.
Arlen membuka sebelah matanya untuk mengintip apa yang sedang dilakukan Al. Laki-laki itu berjalan ke arahnya sambil membawa segelas pop mie.
Tak
"Makanlah!" sinis Al, laki-laki itu kemudian berbalik menuju kursi kebesarannya.
Perlahan Arlen membangunkan tubuhnya.
"Untuk saya Pak?"
"Bukan."
"Terus?"
"Untuk cacing hidup dan berkembang biak di perut kamu."
Mendengar itu membuat Arlen mencebikkan bibirnya.
"Pop mie baso sapi, dengan tambahan bom cabe level pedas gila itu kesukaan istri saya," celetuk Al tanpa mengalihkan atensinya pada selembar dokumen yang sedang dibacanya.
Uhuk uhuk
"Woah, kalau begitu kami mempunyai selera yang sama," sahut Arlen.
"Oh iya, kamu kembali diterima kerja di sini."
"Maksud bapak?"
"Kamu tidak jadi saya pecat."
"Yang benar Pak?" tanya Arlen antusias dengan mata berbinar.
"Umm."
"Alhamdulillah rezeky anak sholeh," gumam Arlen yang masih bisa didengar Alran.
Al tersenyum mendengar itu.
"Ngomong-ngomong kenapa bapak berubah pikiran?"
Flashback
"Arlen!" seru Al saat melihat tubuh Arlen yang limbung.
Dengan cepat Al mengangkat tubuh Arlen ala bridal style dan membawanya ke kamar pribadi miliknya, ralat lebih tepatnya milik ayahnya. Dengan kalut Al berlari menekan nomer telpon yang menghubungkannya dengan karyawan.
"Halo selamat siang, bisa saya ban ...."
"Cepat panggilkan dokter terbaik yang ada di kota ini!"
"B-baik pak."
Tut
Panggilan diputus sepihak oleh Al, laki-laki itu kemudian meremas rambutnya kasar. Wajahnya terlihat sangat panik karena mencemaskan Arlen. Tidak sampai dua puluh menit, ruangan Al diketuk dari luar. Al mengalihkan tatapannya ke daun pintu yang menampilkan seorang laki-laki dengan balutan seragam putih khas seorang dokter di balik kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not a Little Banana [END]
Teen FictionCover : baeadoraa Penulis : Nurul Hikmah [SUDAH TAMAT PART LENGKAP] Berawal dari keisengan tiga sahabatnya yang menyebabkan Alran dipaksa untuk menikahi seorang gadis mesum amburadul dengan kecerdasan unggul. Arlen tidak pernah menyangka bahwa rasa...