Setelah cukup beristirahat di salah satu hotel yang ada di Indonesia, Alran dan Arlen langsung memutuskan untuk pulang menggunakan mobil Al yang dikirim bawahannya sesuai perintah laki-laki itu. Al mengemudikan mobilnya dengan tenang, sambil sesekali melirik Arlen yang tidak henti-hentinya menyunggingkan bibirnya yang menampilkan senyum manis. Melihat itu membuat Alran ikut tersenyum karena terbawa suasana. Al mengenggam tangan Arlen dan mengelusnya pelan.
"Mikir apa sih dari tadi senyam senyum mulu?" tanya Al sambil melirik Arlen sebentar, kemudian kembali menatap jalan.
Arlen menggelengkan kepalanya, dia tidak berkata apa-apa setelah mengetahui fakta bahwa kedua orang tuanya masih ada, bahkan mereka dalam keadaan sehat wal afiat, sulit bagi Arlen bagaimana menjelaskan betapa bahagia perasaannya sekarang. Memikirkan itu membuat Arlen tiba-tiba menangis haru.
"Loh sayang kamu kenapa nangis? Aku salah bicara? Maafin aku ya, aku benar-benar tidak bermaksud menyakiti," kata Al panik, dia menepikan mobilnya hanya untuk mengusap airmata Arlen.
Arlen menggelengkan kepalanya.
"Aku cuman terlalu bahagia," sahut Arlen serak sambil menepis lembut tangan Al, lalu menggenggamnya erat.
"Beneran gapapa?" tanya Al karena merasa belum yakin dengan jawaban istrinya. Bukannya tidak percaya hanya saja dia takut membuat Arlen kembali terluka.
"Iya sayang," jawab Arlen mencubit gemas pipi Alran.
Alran mengangguk sambil tersenyum, kemudian tangannya meraih tengkuk Arlen untuk memudahkannya mengecup pelipis istrinya dengan penuh perasaan sayang. Hal itu membuat perasaan Arlen terasa menghangat.
Setelah Al kembali melajukan mobilnya, Arlen mengalihkan atensinya menatap lampu-lampu yang berjejer rapi di sepanjang jalan. Tidak terasa sepuluh menit berlalu, sekarang mobil Al memasuki pekarangan rumah Arlen yang tampak tidak begitu banyak berubah.
"Ayo sayang," ajak Al sambil mengulurkan tangan.
Arlen menyambut uluran tangan Al, kemudian mengangguk sambil tersenyum. Arlen menghembuskan napasnya, dia terlalu bersemangat sampai terlihat berkeringat.
"Assalamualaikum," ujar Al mengucap salam.
"Waalaikumusalam," sahut seseorang yang berada di dalam.
Ceklek
Bruk
"Mama!" pekik Arlen yang langsung menubrukkan badannya pada wanita yang dipanggilnya dengan sebutan 'mama'.
Alran tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuk.
"Sayang ...," panggil Al.
"Maaf Non, tapi ini Bibi"
"Eh?"
"ARLEN!"
"Mama!"
"Hiks, kamu ke mananya aja Nak. Mama hampir gila karena kehilangan kamu hiks."
"Hiks, maafin Arlen Ma," isak Arlen.
"Kamu baik-baik aja kan Nak? Apa ada yang terluka?"
Arlen menatap Frans dengan mata sembabnya.
"Hiks Papa, Arlen baik Pa ...."
"Appa, eoma kalian kenapa nangis ? " tanya seorang anak berusia tiga tahun yang berlari ke arah mereka.
"Tidak apa-apa sayang. Kemarilah, kenalkan ini kakak kamu ... dan Arlen, kenalkan ini adik kamu," kata Naomi sambil mengusap rambut balita di sampingnya.
"Hai adi- APA?!"
"Arlen jangan teriak, kau membuat adikmu takut."
"Sejak kapan aku punya adik Mah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not a Little Banana [END]
Teen FictionCover : baeadoraa Penulis : Nurul Hikmah [SUDAH TAMAT PART LENGKAP] Berawal dari keisengan tiga sahabatnya yang menyebabkan Alran dipaksa untuk menikahi seorang gadis mesum amburadul dengan kecerdasan unggul. Arlen tidak pernah menyangka bahwa rasa...