Halo, jumpa lagi ... ada yang rindu nggak?
Kalau ada, sama siapa?
Jangan lupa memberikan kritik dan saran dengan bahasa sopan ya. Kalau boleh votenya juga jangan ketinggalan, hehe.
..... Happy Reading .....
Sebuah mobil putih berkelas memasuki gerbang rumah Arlen dan disusul beberapa mobil hitam yang mengekor di belakangnya. Al turun dengan gaya elegan, kemudian berjalan memutar untuk membukakan pintu, buat gadis yang duduk di sampingnya tadi. Arlen, gadis itu menyambut uluran tangan Al yang ingin membantunya berjalan. Dengan tertatih-tatih, Arlen menyeret kakinya menaiki anak tangga dengan bantuan Al yang setia memapah dirinya menuju kamar. Sesampainya di kamar, Alren sempat kebingungan melihat kondisi kamar yang kosong melompong, kaya kondisi dompet pelajar saat diterapkannya sistem lockdown.
Ceklek
"Kosong?" gumam Arlen yang masih bisa didengar Al.
Al menautkan alisnya melihat ekspresi kebingungan Arlen.
"Kenapa?" tanya Al yang ikut bingung.
"Kamar gue kosong Sang. Jangan-jangan gue kemalingan lagi?!" ujar Arlen yang mulai panik.
"Maling gak akan angkut barang sampai ludes gini Nyet," sahut Alran.
"Alah sok tau lo. Kaya pernah maling aja!" ketus Arlen.
"Harta gue banyak, ngapain repot-repot jadi maling."
"Halah ria," cibir Arlen dengan kepala yang masih celingak celinguk memandangi kamarnya.
"Coba tanya nyokap," ujar Alran.
"Oh iya benar! Ngomong kek dari kemarin."
"Kemarin, lo kan belum kehilangan barang Ar."
"Oh iya, gue lupa ... kalau lo nggak bisa diajak becanda," kata Arlen menyengir sambil menggaruk kepalanya.
"Nyenyenye."
"Udah buruan!" sentak Al seraya mendorong tubuh Arlen.
"Akhh sstthh," Arlen meringis ketika merasakan sakit di bagian kakinya yang tertekan.
"Sorry, sorry Ar gue lupa. Mana yang sakit?! Sini biar gue lihat," tanya Al panik.
"Gausah-gausah, gue gapapa. Mending lo bantu gue turun."
Arlen memalingkan wajahnya ke sembarang arah untuk menyembunyikan semburat merah yang muncul di pipinya, karena tersipu dengan sikap khawatir Al yang berlebihan.
"Yaudah sini," ujar Al sambil merangkul bahu Arlen.
Arlen tersentum manis. "Makasih ya Al," ucapnya tulus.
"Um."
"Adudu ... pengantin baru, pengennya nempel terus kayak stiker kulkas," goda Naomi yang berjalan beriringan dengan Vannesa.
"Arlen kok kamu jalannya gitu sih sayang? Masih sakit?" tanya Vannesa khawatir. "Al mainnya kasar ya?" sambungnya.
"Mama sama Mom apa-apaan sih?" gusar Alran.
"Mah, barang-barang aku mana?" tanya Arlen yang membuat Naomi dan Vannesa mengurungkan ocehannya untuk menggoda mereka lagi.
"Sudah Mama pindahkan ke rumah baru kalian," jawab Naomi.
"Rumah baru?"
"Tunggu-tunggu, rumah baru kalian. Rumah baru + kalian? Artinya rumah baru gue sama dia?" gumam Ar sambil menunjuk dirinya dan Al seperti orang bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not a Little Banana [END]
Teen FictionCover : baeadoraa Penulis : Nurul Hikmah [SUDAH TAMAT PART LENGKAP] Berawal dari keisengan tiga sahabatnya yang menyebabkan Alran dipaksa untuk menikahi seorang gadis mesum amburadul dengan kecerdasan unggul. Arlen tidak pernah menyangka bahwa rasa...