Pesan Juki🍌

8.4K 686 20
                                    

".... ARLEN!"

Arlen menatap atasannya dari ujung kaki sampai ujung rambut dengan tatapan menilai. Otaknya bekerja mengingat percakapan antara dirinya dan Juki beberapa jam yang lalu,  tanpa diminta ingatannya memutar ulang rekaman pesan-pesan yang Juki sampaikan.

"Ingat ya Len, CEO Jerman berbeda dengan para CEO Indonesia. Mereka cenderung mata keranjang, dan kebanyakan dari mereka memilik istri lebih dari satu karena kemampuannya dalam merayu, maka dari itu lo harus hati-hati agar tidak masuk dalam jebakan buaya."

"Umm! Tapi bagimana caranya?"

"Kenali ciri-cirinya. Yang pertama, ketika bertemu mereka akan memasang tampang kaget dan tidak percaya dengan kehadiran lo."

"Arlen, ini kamu?!" kata Al tidak percaya dengan sosok yang ada di depannya.

"Yang kedua, dia akan mengeluarkan airmata buayanya."

Al berjalan mendekati Arlen dengan mata berkaca-kaca. Dengan cepat tangannya meraih tangan Arlen dan menariknya kuat sehingga tubuh Arlen juga ikut tertarik dan menumbruk dada bidangnya. Al mengeratkan pelukannya lalu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Arlen untuk menghirup kuat-kuat aroma istrinya yang tidak berubah sama sekali, parfumnya masih sama.

"Dan yang terakhir dia akan memeluk lo terus mengklaim lo sebagai miliknya."

"Mine," ucap Al pelan, tetapi penuh penekanan.

Arlen merinding merasakan hembusan napas Al yang terasa memburu. Badannya melemas, seakan dia akan jatuh jika tidak ditahan tangan kokoh Al. Sapuan basah dan hangat mengembalikan kesadaran Arlen dengan sigap gadis itu mendorong laki-laki brengsek di hadapannya.

"Sudah cukup, ciri-cirinya sudah terpenuhi. Tidak salah lagi CEO ini pasti mata keranjang!" batin Arlen yakin.

"Maaf sebelumnya, tetapi yang pertama nama saya Alen bukan Arlen, jadi Bapak jangan sok kenal. Yang kedua, kita baru pertama kali bertemu, bagaimana bisa Bapak merindukan saya yang notabenenya adalah orang asing? Dan yang ketiga, Bapak jangan lancang sebab saya bukan milik Bapak!" tegas Arlen.

Al diam sesaat memandang gadis di depannya. Tunggu dulu, apa dia salah orang(?) Tapi tidak mungkin, dia berani bersumpah gadis di depannya ini benar-benar mirip Arlen. Manik mata Al menyorot jemari Arlen, matanya terbelalak mendapati cincin pernikahan mereka masih terpasang di jari manis Arlen. Al mengalihkan atensinya pada jari manisnya untuk memastikan kesamaan cincin tersebut. Dan hasilnya benar-benar sama.

"Arlen kamu sebaiknya jangan bercanda," ujar Al kembali ingin merengkuh tubuh gadisnya, tetapi dengan sigap Arlen mendorong dadanya.

"SAYA SUDAH PERINGATKAN JANGAN LANCANG!" teriak Arlen melengking, membuat Al menutup telinganya sesaat.

"Bapak ingin saya mengundurkan dirikan? Baik saya akan melakukannya," geram Arlen sambil mengacungkan kertas di tangannya. Kemudian, gadis itu memutar tubuhnya dan berniat pergi dari ruangan atasannya yang baru saja di capnya sebagai orang gila.

Sebelum Arlen benar-benar meninggalkannya, Al lebih dulu mencengkram tangan Arlen kuat, bahkan sangat kuat sampai membuat sang empu meringis sakit.

"Jelaskan ini apa?"ucapnya dingin.

"Ini cincin pertunangan saya."

"Tunangan?" ulang Al dengan dahi berkerut.

"Iya ... oh tunggu!" sentak Arlen. Gadis itu kemudian merogoh tasnya dengan tangan kanan, sebab tangan kirinya masih setia di cengkeram Al.

"Saya sebentar lagi akan menikah, karena Bapak saya anggap mantan atasan saya. Jadi saya rasa tidak ada salahnya untuk mengundang Bapak," sambung Arlen tersenyum manis sambil menyerahkan sebuah undangan.

I'm Not a Little Banana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang