Siapa Angkasa?🍌

9.2K 663 45
                                    

Tekan bintang untuk menghargai author
.
.
.
.
.
Happy Reading

Daniel menyetir dengan kecepatan standar, matanya melirik sesekali pada Arlen yang hanya diam mematung. Arlen, gadis itu sedang sibuk berkutat dengan pemikirannya yang memikirkan pertanyaan Al siang tadi. Otaknya menerka-nerka siapa sosok Angkasa yang namanya familiar di telinganya.

"Angkasa, Angkasa ...," gumam Arlen pelan yang tidak bisa didengar Daniel karena suara jalanan yang lumayan ramai.

Arlen mengalihkan atensinya menatap gedung-gedung yang bercahaya dengan pikiran yang masih sama.

"Huwaa Angkasa please dong."

"Angkasa itu mangga terakhir gue!"

"Arlen, Dion, Dian, Angkasa, Galaksi, Bima Dan Sakti kalian ikut ibu ke ruang BP!"

Arlen tersentak, sekelebat ingatan melintas secara tiba-tiba. Arlen menghela napas berat, dia merasa seperti ada yang janggal dengan kehidupannya. Perkataan Axel dan bayangan samar yang diyakini Arlen sebagai ingatannya benar-benar bertolak belakang. Arlen meyakini kalau orang tuanya masih hidup, sedangkan Axel mengatakan kalau orang tuanya sudah meninggal karena kecelakaan. Setiap kali dia mengutarakan ingatannya Axel pasti menjawab kalau dia hanya berhalusinasi karena belum bisa mengikhlaskan kepergian orang tuanya.

"Len," panggil Daniel yang menyadarkan Arlen kalau mereka sudah sampai.

Arlen membanting kasar pintu mobil membuat Daniel berjengit kaget, laki-laki itu menatap tidak percaya bayangan Arlen yang memasang wajah acuh tak acuh lewat kaca spion mobil. Daniel memandang bingung Arlen yang berjalan seperti mayat hidup, rambut dan pakaiannya terlihat acak-acakan serta pandangan kosong seolah menceritakan bahda dia sedang kelebihan beban.

Daniel melepaskan sabuk pengamannya dan segera keluar menyusul Arlen.

"Len, kamu gapapa?" tanya Daniel membuyarkan lamunan Arlen.

"Eh?" sentak Arlen.

"Kamu sedang ada masalah?" tanya Daniel mengabaikan pertanyaan pertamanya yang belum dijawab.

"Nggak kok, cuman gak enak badan aja," kilah Arlen.

"Beneran?" tanya Daniel tidak yakin.

"Em," angguk Arlen, "udaranya dingin banget soalnya," sambungnya sambil memeluk tubuhnya sendiri.

"Kamu kedinginan?" tanya Daniel yang diangguki Arlen.

"Mau yang hangat nggak?"

"Sepertinya enak," sahut Arlen yang salah mengartikan ucapan Daniel. Dia mengira kalau Daniel mengajaknya makan yang hangat atau minum yang hangat-hangat.

"Woo sudah pasti enak dong," kata Daniel tersenyum miring sambil berkutat dengan handphonenya.

Ting

Suara notifikasi yang terdengar familiar mengalihkan perhatian Arlen. Gadis itu merogoh tasnya untuk mengambil android miliknya.

Arlen membuka aplikasi WhatsApp, terlihat nama kontak seseorang yang sedang mengiriminya video yang berdurasi 20 menit.

"Tontonlah bersama Leo nanti, drama Jepang ini akan membuatmu menghangat."

Arlen menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak suka drama Jepang, aku sukanya drama korea"

"Jepang dan Korea itu bertetangga jadi dalam drama mereka hampir sama," jelas Daniel.

I'm Not a Little Banana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang