"NISA!"
Teriakkan itu membuat seorang gadis yang sedang memukul samsak harus menghentikan kegiatannya.
Dengan celana selutut dan kaos hitam serta rambut yang dikepang satu, gadis itu menoleh ke arah pintu kamarnya dan mendapati seorang laki-laki yang sudah berdiri dengan sarung tinju yang membungkus kedua tangannya.
"Apa, Zan?" tanya gadis itu sambil mendekat.
"Hehe, kita one by one," ucap laki-laki itu dengan ekspresinya yang dibuat serius.
Gadis itu tertawa terbahak dan menepuk pundak cowok di depannya itu. "Heh! Gak kapok apa udah sering kepukul?"
Terlihat ada perubahan raut wajah yang semula serius menjadi datar saat mendapatkan pertanyaan dari gadis tersebut.
"Sekali aja, Sa," pinta cowok itu.
"Enggak. Udahlah gue mau istirahat, lagian gue udah dari tadi. Lo kalo mau sendiri aja. Gue nggak bisa lama-lama," ucap gadis itu sambil mengambil handuk kecil di lemarinya.
Farzan menghela nafasnya, kemudian ia berjalan keluar kamar. Tapi sebelum itu ia membalikkan tubuhnya "Lo mau ikut nggak?" ajaknya.
Nisa yang baru saja akan masuk ke kamar mandi harus berhenti karena ajakan Farzan "Ke mana?" tanya Nisa.
"Keliling pake sepeda mau nggak?"
Mata Nisa berbinar mendengar tawaran dari Farzan. "Iya gue mau!" ucapnya antusias.
"Ya udah lo mandi dulu gue mau pulang."
"Oke siap!" ucapannya sambil memberikan hormat.
****
"Lo tuh lemot banget sih, Zan!"
Nisa mengayuh sepedanya sambil tertawa dengan Farzan yang masih saja menekuk wajahnya.
"Lo curang, gue ditinggalin."
Nisa mengentikan sepedanya di pinggir taman. Ia menyeka keringat yang membasahi pelipisnya. Setiap Minggu sore adalah rutinitasnya untuk bersepeda berkeliling kota.
"Eh, Zan, gue capek nih." Nisa mengeluh sambil mengibaskan tangannya.
Farzan mendekatkan sepedanya dan berhenti di depan Nisa.
"Capek?" tanyanya dengan nada sedikit khawatir.
Nisa menganggukkan kepalanya sambil menghela napasnya berat. Tangannya masih sibuk mengelap wajahnya yang basah dipenuhi keringat.
"Ya udah lo tunggu sini dulu. Gue mau cari minum."
"Iya, cepet sana gue haus."
"Iya Nisul!" ucapnya sambil berlalu.
"Eh dasar Tarzan!!" teriak Nisa saat Farzan sudah menjauh.
Nisa duduk di bangku taman ia membuka ponselnya dan mulai memainkannya. Samar Nisa melihat seorang anak kecil yang berdiri tak jauh darinya sambil menangis.
Nisa bangkit dari duduknya dan menghampiri anak kecil itu. "Hai!" panggil Nisa menyapa anak itu.
Gadis kecil itu masih tetap berdiri sambil menangis tanpa memedulikan Nisa yang sudah berjongkok di sampingnya.
"Kamu kenapa?" tanya Nisa.
Gadis itu menggeleng sambil mengusap pipinya yang basah terkena air mata.
Gadis itu menunjuk ke arah bawah dan Nisa mengikuti arah pandang gadis kecil itu."Kak... jus aku jatuh...aku nggak bisa minum," ucapnya dengan tangisannya yang sesenggukan.
Nisa mengelus rambut lurus gadis tersebut "Udah dong jangan nangis ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Nisa [COMPLETED]
Teen Fiction[REVISI] Hey kamu! Iya, kamu. Kamu yang sudah mencuri semua mimpi-mimpiku. Kamu lebih indah dari mimpi dan membuatku sulit tertidur karena terus memikirkan dirimu. ~MMR~ Mario Malviano Ravindra si cowok tampan dan cerdas. Namun, karena sifatnya yang...