Part 27: Curhat

225 18 0
                                    

Sebelum baca kasih vote dulu ya.

Bacanya yang fokus ya.

Happy reading:)


-----

"Tapi bener 'kan Sa, lo nggak papa?"

"Masyaallah, mau gue bilang berapa kali sih Zan, gue nggak papa. Tadi cuma karena gue belum minum obatnya aja."

Sebenarnya Farzan masih ragu dengan jawaban Nisa. Gadis itu selalu saja berbohong tentang rasa sakit itu, tapi dia tidak bisa menyembunyikan sesuatu dari Farzan. Farzan sudah bersama dengan Nisa sejak mereka masih kecil dan semua tentang Nisa Farzan paham dan tahu semuanya.

"Oke deh kalo gitu. Sekarang cerita sama gue kenapa tadi lo bisa mukulin Faisal sampe gitu?"

"Ck, lo nggak tau aja sih apa yang dia bilang tentang Citra. Masak dia udah nyakitin perasaan Citra terus juga bilangin Citra cewek murahan karena masih aja ngejar-ngejar dia. Cih, ya mana gue tahan buat nggak nonjok muka dia yang sialan itu." ucapnya yang menggebu-gebu sambil mengepalkan tangannya di udara.

"Tapi gila lo, selama ini gue belum pernah liat lo semarah itu. Sumpah, selama lo jadiin gue samsak, gue belom pernah liat lo mukul sekuat itu."

"Yee, lo mau ngerasain juga?"

"Eh, jangan dong. Yakali sih malem-malem gini gue lo jadiin samsak lagi. Noh samsak lo nganggur," tunjuk Farzan pada samsak yang menggantung di kamar Nisa.

"Terserah lo. Eh btw lo tau nggak?"

"Apaan?"

Nisa meraih ponselnya di atas meja belajar. "Nih liat geh, siapa yang ngirim pesan beginian coba?"

Farzan menerima ponsel Nisa dan mulai membaca apa yang ditunjukkan Nisa kepadanya. Awalnya ia terlihat serius membacanya, namun setelah selesai membaca ia tertawa.

"Ngapain ketawa. Emang ada yang lucu?"
Farzan menggeleng. "Sok puitis banget yang ngirim. Ini maksudnya dia suka sama lo gitu?"

"Iya, tapi gue nggak tau dianya siapa?"

"Udah berapa kali lo dapet pesan beginian?"

"Mmm, dua kali kayaknya tapi nggak tau lagi kalo besok atau lusa."

Farzan terkekeh dan kemudian ikut duduk di samping Nisa. "Oh iya besok gue anterin ke rumah sakit."

Mendengarnya itu Nisa berdecak dan mencibir, "Halah, nanti cuma omong kosong doang lo."

"Enggak, beneran gue bunda yang nyuruh."

"Iya, iya terserah. Udah sana lo pulang." usirnya sambil mendorong bahu Farzan.

Farzan berdecak kemudian berjalan menuju pintu. "Dasagh mulei lawang." gumamnya namun masih dapat didengar oleh Nisa.

***

Bukan hal yang mudah bagi Nisa untuk bisa mengontrol emosinya dan berusaha untuk menulikan telinganya. Sejak pagi tadi saat ia sudah tiba di sekolah, banyak sekali murid-murid yang membicarakan tentangnya. Nisa sangat risih. Bukan hal yang mudah untuk berusaha cuek dengan keadaan sekitar karena mereka semua juga menatapnya tidak suka.

Jelas ini semua sangat mengganggunya. Malu, kesal dan sedih semuanya menjadi satu. Anggap saja jika mereka semua sedang mengirimkan pahala untuknya. Tapi bagaimana dengan tatapan tajam dan tidak suka dari semua murid.

Saat memasuki kelasnya pagi ini, Nisa menemukan sekotak susu yang berada di atas mejanya. Tidak tahu siapa pengirimnya tetapi pada susu itu terdapat sebuah kertas yang tertempel dan bertuliskan 'Good morning'. Saat ingin mencari tahu siapa yang sudah menaruhnya, guru sudah masuk ke dalam kelasnya sehingga ia harus mengikuti pelajaran terlebih dahulu.

Diary Nisa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang