"Ya ampun, gue udah kangen banget sama lo, Sa" pekik Indy sambil memeluk Nisa yang baru saja datang dan berdiri di depan pintu.
Nisa terkejut dan berusaha melepas pelukan dari Indy. "Lebay banget sih lo"
"Ya ampun Nisa, lo tuh tau nggak sih kalo gue kesepian nggak ada lo. Kelas ini sepi banget, nggak ada yang koar-koar" jelas Indy dengan heboh.
Nisa memutar bola matanya malas kemudian ia berjalan menuju bangkunya dan didudukinya. "Tapi semua aman-aman aja kan?" tanyanya.
Indy mengangguk dan berjalan mendekatinya. "Aman kok emang kenapa? Tapi serius kan lo udah sembuh?" tanya Indy memastikan.
"Ya nggak papa sih. Gue udah sehat wal'afiat kok"
Indy menghela nafasnya lega "syukur deh gue kira lo sakit apaan sampai nggak masuk seminggu. Gue kira lo sakit parah gitu" ucapnya asal sambil menggaruk tengkuknya.
Gue emang sakit Ndy, bahkan lo nggak pernah dan jangan sampai mengalami hal yang kayak gue.
"Gue nggak papa kok. Bunda gue aja yang khawatir kalo gue belum sembuh, makanya nggak dibolehin sekolah"
Indy mengangguk sekilas dan kemudian Citra masuk ke dalam kelas. Niat awal Nisa untuk menyapanya tidak jadi karena Citra langsung melewati bangkunya tanpa melirik ke arahnya. Nisa berfikir apakah Citra masih marah dengannya karena ia memukuli Faisal? Nisa merasa bersalah, tapi bukankah satu pukulan tersebut pantas didapat oleh Faisal. Jika saja bukan karena Citra yang marah dengannya, mungkin ia sudah mematahkan seluruh tulang-tulang cowok itu.
****
Nisa memutar kuncinya dan membuka lokernya. Ia memasukkan beberapa buku catatan yang sengaja ia tinggal disana. Nisa melihat lokernya yang berantakan dan kemudian mulai merapikannya. Banyak sekali buku-buku catatan maupun buku pelajaran yang sengaja ia tinggal disana dengan alasan agar mudah mengambilnya dan tidak memberatkan tasnya. Tapi melihat lokernya yang sudah penuh ia berniat untuk membawa semua buku-bukunya untuk dibawanya pulang.
"Ih, kotor banget sih. Perasaan kemarennya nggak seberantakan ini." gumamnya sambil membersihkan lokernya.
"Ya ampun! Kesel banget sih. Siapa sih yang selalu kirim gue surat, nggak di rumah nggak di sekolah selalu aja ada!" kesal Nisa ketika kembali menemukan secarik kertas yang dibentuk pesawat.
"Tenang Nisa, niat orang itu pasti baik" gumamnya sambil menenangkan rasa kesalnya.
Nisa mulai membuka lipatan kertas itu. Tidak seperti yang ia temukan di rumah sakit maupun di rumahnya. Ini berbeda tulisannya tapi surat seperti ini juga sudah sering didapatnya.
Kamu gadis yang unik. Ketika semuanya berlomba-lomba untuk mendapatkan sesuatu dengan segala cara, kamu hanya perlu menunjukkan kelebihan yang kamu punya.
Kamu gadis yang hebat. Selalu kuat disaat semua orang sudah tidak tahan dengan sebuah perkataan yang menyakitkan, kamu malah semakin gencar untuk terus maju.
Kamu gadis yang aneh. Hidupmu selalu penuh dengan teka-teki yang membuat seseorang ingin memecahkan teka-teki tersebut.Aku suka dengan senyummu yang selalu membawa keceriaan dan kegembiraan bagi semua orang. Tapi aku tidak tahu apakah kamu benar-benar bahagia dibalik senyum itu. Ketahuilah bahwa aku menyukaimu.
"Jadi, ini ungkapan secara tidak langsung gitu? Tapi dari siapa?" gumamnya setelah membaca isi surat tersebut.
Nisa merasakan seperti ada seseorang yang sedang mengamatinya. "Gue tau ada yang suka sama gue. Kalo berani tuh ya ngungkapinnya langsung, lah ini udah nyolong kunci cadangan gue. Nggak gantle banget sih jadi cowok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Nisa [COMPLETED]
Teen Fiction[REVISI] Hey kamu! Iya, kamu. Kamu yang sudah mencuri semua mimpi-mimpiku. Kamu lebih indah dari mimpi dan membuatku sulit tertidur karena terus memikirkan dirimu. ~MMR~ Mario Malviano Ravindra si cowok tampan dan cerdas. Namun, karena sifatnya yang...