Part 25: Memuncak

231 19 0
                                    

Hayuk, bacanya pelan-pelan dan fokus yaps.

Happy reading:)




------

Faisal tersenyum remeh sambil melepas kedua tangan Nisa yang mencengkeram bajunya dengan kasar. Tidak takut sama sekali dengan tatapan bengis yang sudah Nisa berikan kepadanya. Bagaimana pun harga dirinya tidak boleh jatuh kali ini hanya karena seorang gadis.

"Kita battle." ucapnya dengan angkuh.
Nisa sangat geram melihat wajah sombong Faisal. Ingin Nisa memukul wajahnya saat ini jika saja tangan Iqbal tidak mencekal lengannya.

"Lo nggak berani? Cupu lo!" ejeknya tepat di depan wajah Nisa.

Bukannya menjawab, Nisa malah mendorong bahu Faisal dengan kuat dan membuat punggungnya menabrak meja lemari dengan cukup keras. Nisa meninggalkan kelas sambil menarik tangan Iqbal tanpa satu patah kata pun. Namun, saat di depan pintu ia melirik ke belakang sekilas.

"Pulang sekolah!"

***

Dengan perasaan kesal sekaligus marah, Nisa mengobati wajah Iqbal yang terkena pukulan Faisal. Ia masih memikirkan ajakan Faisal. Cowok itu memang kurang ajar. Selalu saja membuat masalah dengannya. Apakah dia masih tidak kapok karena sering mendapat bogem dari Nisa.

"Awsshh!" ringis Iqbal ketika Nisa tidak sengaja menekan luka lebamnya.

"Pelan-pelan dong Sa,"

"Bawel. Lagian lo kenapa kok bisa dipukulin sama Faisal?"

Iqbal menghentikan tangan Nisa yang masih mengobati lukanya. "Gue cuma bilang sama dia kalo dia udah salah pacaran sama Amel dan malah ninggalin Citra. Ya dia marah terus gue ditonjok deh."

Nisa berdecak dan kemudian menghela nafasnya. Sambil kesal Nisa menoyor kepala Iqbal.

"Makanya itu mulut jangan lemes. Jangan sering ngegosip kayak emak-emak." omel Nisa sambil menepuk bibir Iqbal.

"Ya maaf. Jadi bener lo mau lawan dia?"

Nisa mengangguk, "iyalah, bodo amat yang penting dia nggak gangguin lo lagi."

"Maaf ya Sa, gara-gara gue lo jadi begini."

"Iya Iqbal comel!"

Pintu UKS terbuka dan kemudian Farzan, Aksa, dan Ipul masuk. Langsung saja mereka menghampiri Iqbal dan juga Nisa.

"Lo nggak papa Bal?" tanya Ipul memastikan.

"Nggak bisa liat apa, luka begini. Rasanya pengen nangis tau!" jawab Iqbal dramatis.

Aksa berdecih dan memalingkan wajahnya. "Terus Sa, lo setuju sama ajakan Faisal buat battle?"

Nisa hanya mengangguk menjawabnya. Jika Nisa sudah marah pasti ia tidak ingin banyak bicara. Ia hanya malas untuk berbicara ataupun menjawab pertanyaan.

"Inget Sa, lo kalo sama dia nanti jangan emosian, dia tuh licik orangnya. Hati-hati aja deh lo sama Faisal." saran Aksa.

"Bener tuh jangan terbawa emosi apalagi kepancing sama omongan Faisal." timpal Ipul.

Nisa yang mendapat saran dari Ipul dan Aksa hanya meliriknya sekilas tanpa menjawab, membuat Aksa dan Ipul merinding karena melihat lirikan tajam dari Nisa. Bagi mereka, Nisa lebih kejam ketika marah daripada guru BK mereka, Bu Lis ketika memberikan hukuman.

Farzan sendiri hanya diam menyimak pembicaraan mereka. Ia tidak ingin menimpali atau bahkan melarang Nisa. Farzan takut jika dia ikut menimpali akan membuat Nisa semakin marah. Lebih baik ia diam walaupun dia sendiri takut dan khawatir dengan Nisa.

Diary Nisa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang