Part 38: Rahasia Nisa

442 28 0
                                    


Uy! Gimana nih, lagi pada ngapain?
Pasti nungguin ya.
Oke alhamdulilah akhirnya aku bisa update lagi setelah menyelesaikan tugas tugas negara yang membuat pusing kepala.
Oke langsung aja nya guys.

Happy reading;)

----


"Lo nggak papa Sa?" tanya Farzan.

Nisa membuka matanya perlahan, kepalanya terasa berat dan pusing. Nisa mengedarkan pandangannya, ternyata dia sudah berada di rumah.

"Kok lo bisa pingsan sih?" tanya Farzan.
Nisa tidak menjawab, ia membenarkan posisinya menjadi duduk.

Farzan membuka tas Nisa dan mengambil kotak kecil yang berisikan obat Nisa.

"Pasti lo nggak minum obat ini kan?" tebak Farzan sambil memberikan obat itu kepada Nisa.

"Kenapa sih Sa, kalo sakit tuh bilang jangan diem aja. Gue khawatir banget tau nggak pas nemuin lo pingsan tadi. Untung langsung gue bawa pulang, kalo misalnya nggak ada yang tau gimana coba?"

Nisa menunduk, pikiran tentang ucapan Rio terus terngiang di telinganya. Nisa menyandarkan kepalanya pada sofa. Berusaha menetralkan detak jantungnya dan juga nafasnya yang masih sedikit tersendat.

"Lo kenapa?" tanya Farzan dengan lembut sambil menyentuh pundak Nisa.

"Palak gue pusing banget, gue mau tidur dulu." ucapnya sambil menggeleng lemah. Ia berdiri dan berjalan menuju kamarnya meninggalkan Farzan yang masih bingung dengannya.

Nisa mengunci pintu kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Pikirannya sedang kacau, setiap ia menutup matanya yang ada hanyalah bayangan Rio yang melempar gelang pemberiannya dengan alasan gelang murah. Murah, memang murah bahkan mungkin Rio bisa membelinya dengan pegawai tokonya sekaligus.

Apakah dirinya salah jika mencintai atau mendapatkan cinta dari seseorang. Nisa membiarkan air matanya yang terus mengalir dan dadanya yang terus terasa sesak dan nyeri ketika ia bernapas.


***

"Lo ada apa sih Yo? Kenapa lo lakuin itu sama Nisa?" tanya Gilang sambil mendudukkan dirinya pada sofa ruang tamu Rio.

"Gue udah bilang sama lo, lo jangan pernah mainin perasaan dia. Lo nggak mikir gimana perasaan dia?"

Rio menatap tajam Gilang. "Harus ya, gue kasih tau kenapa alasan gue ngelakuin itu semua?"

"Tapi lo udah nyakitin perasaan dia Yo,"

"Nyakitin?" Rio tertawa kecil. "Bukannya disini gue yang tersakiti?" tanyanya pada Gilang.

Gilang menghela nafasnya dan kemudian memberikan sebuah buku kepada Rio. "Lo baca baik-baik, itu jawaban dari semua pertanyaan lo. Gue pamit dulu." Gilang bangkit dari duduknya.

"Jangan sampai lo nyesel setelah tau kebenarannya."

Gilang menepuk bahu Rio dan kemudian pamit dan keluar dari rumahnya.

Rio menatap buku hitam yang ada di hadapannya. Persis seperti yang pernah ia lihat di kamar Nisa waktu itu. Rio meraih buku itu, mengamati buku tersebut.

Penangkap Mimpi

Rio menemukan sebuah foto tiga orang anak yang sedang memakan cokelat pada lembaran pertama. Dalam foot tersebut terdapat tulisan nama Gilang, Farzan, dan juga Nisa pada setiap foto.

Rio mengerutkan keningnya, terkejut. Jadi selama ini hubungan Farzan dan Nisa adalah saudara sepupu seperti Nisa dan juga Gilang?

Hey kamu! Iya, kamu. Kamu yang sudah mencuri semua mimpi-mimpiku. Kamu lebih indah dari mimpi dan membuatku sulit tertidur dengan terus memikirkan dirimu.
~MMR~

Diary Nisa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang