Nisa menatap Rio yang hanya diam melihat mereka semua yang sedang memberikan ucapan selamat kepadanya.
"Eh lo nggak ngasih selamat ke gue?" tanya Nisa.
Rio mengangkat sebelah alisnya dan kemudian menghela nafasnya.
Dengan malas Rio menatap Nisa yang sedang tersenyum ke arahnya sambil menaik-turunkan alisnya. Rio mengulurkan tangannya.
"Selamat." ucapnya penuh penekanan dan dengan sedikit senyuman.
Nisa membalas uluran tangan Rio yang menampilkan senyumannya kepada Rio. "Makasih ya Rio,"
Rio hanya berdehem dan menunjukkan kembali ekspresinya yang datar.
Dengan ragu. Nisa mendekat ke arah Rio dan kemudian menawarkan sesuatu kepadanya. "Kita foto bareng yuk?" ajak Nisa sambil mengangkat ponselnya.
Rio mengerutkan keningnya. Apa-apaan ini. Mengapa Nisa memintanya untuk berfoto bersama. Bukankah dia yang menang dan malah dia yang meminta foto.
Rio menggelengkan kepalanya. "Nggak! Ngapain gue foto sama lo?" tolaknya dengan memalingkan wajahnya.
"Nggak papa sih. Sekali aja loh,"
"Nggak!"
"Sebentar aja," tawar Nisa.
"Enggak mau." Rio masih bersikeras menolaknya.
"Sebentar aja. Sepuluh menit,"
"Ogah,"
"Lima menit?" tanya Nisa.
"Nggak Sa,"
"Tiga menit?"
"Ah nggak tau lah! Gue mau pulang," Rio kesal kemudian berjalan menuruni tribun dengan cepat berharap bisa tidak mengejarnya.
Nisa kaget saat Rio yang tiba-tiba saja ingin pergi. Dengan cepat Nisa mengejar Rio yang sudah hampir keluar gedung.
"Rio..! Tunggu dulu," teriak Nisa dengan lari menuruni tangga.
Teriakan itu tak dihiraukan oleh Rio. Cowok itu terus saja berjalan cepat untuk mengindari ocehan dari Nisa.
Indy yang melihat itu sedikit takut "Nisa hati-hati jangan lari. Nanti lo jatuh,"
Belum sempat lima detik mulut Indy menutup. Mereka semua sudah dikejutkan dengan Nisa yang terjatuh dan tersungkur di lantai.
"Nisa..!"
Mereka semua bergegas menghampiri Nisa yang sudah terduduk sambil memegangi kaki kanannya.
Rio yang mendengar itu langsung membalikkan badannya dan melihat Nisa yang sudah jatuh dari tangga tribun. Dengan cepat Rio berlari ke arah Nisa.
"Sa. Lo nggak papa?!" tanya Rio cemas yang melihat Nisa meringis kesakitan sambil memegangi kakinya.
Nisa menangis tak kuasa menahan sakit di kakinya. Dia benci menangis. Dan mengapa dirinya harus menangis. Apalagi di depan Rio saat ini. Dirinya merasa sangat lemah. Hanya terjatuh saja membuatnya menangis. Namun Nisa masih tetap menangis. Rasanya ini sangat kaku dan nyeri.
"Sa...kit." ringis Nisa yang masih saja berlinang air mata.
Rio menghapus air mata Nisa dan kemudian membantu Nisa untuk berdiri.
"Sa lo nggak papa?" tanya Farzan panik.
Nisa mengangguk dan kemudian ambruk dalam pelukan Rio. Dengan sigap Rio membopong Nisa dan langsung membawanya menuju keluar gedung.
"Bawa rumah sakit aja," saran Farzan dan kemudian mereka semua langsung bergegas menuju rumah sakit.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Nisa [COMPLETED]
Teen Fiction[REVISI] Hey kamu! Iya, kamu. Kamu yang sudah mencuri semua mimpi-mimpiku. Kamu lebih indah dari mimpi dan membuatku sulit tertidur karena terus memikirkan dirimu. ~MMR~ Mario Malviano Ravindra si cowok tampan dan cerdas. Namun, karena sifatnya yang...