Part 8: Ingin Tahu

274 30 2
                                    

Rio sejak pagi tadi hanya sibuk mondar-mandir masuk dan keluar kelas. Entah apa yang sedang dicarinya. Sesekali ia menyisir rambutnya ke belakang dengan menggunakan jarinya.

Farzan dan Gilang yang melihat itu hanya berdecak. Rio hari ini memang aneh.

"Lo ngapa sih Yo? Dari tadi mondar mandir nggak jelas kayak setrikaan aja," ucap Gilang sambil mencatat rumus di papan tulis.

Farzan mengangguk "Iya. Gue perhatiin dari tadi nyari apaan lo? Bukannya nyatet rumus malah mondar-mandir nggak jelas. Untung aja Pak Mamad nggak masuk cuma kasih tugas nyatet." cerocos Farzan yang sudah ikutan sbal melihat tingkah Rio.

Rio berhenti dan kemudian duduk di bangkunya. Menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan. Rio berdecak menanggapi omelan sahabatnya "Berisik!"

Farzan dan Gilang kompak mengedikkan bahunya dan kemudian melanjutkan acara menulisnya.

Farzan membalikan badannya menghadap ke arah Rio yang masih saja diselimuti rasa cemas di wajahnya.

"Kalian mau ikut gue nggak nanti?" tawar Farzan kepada Rio dan Gilang.

Gilang mengentikan menulisnya dan menatap Farzan penuh tanda tanya. "Kemana?"

"Liat Kejuaraan Taekwondo"

"Di mana?" tanya Gilang.

"Dojang Taekwondo Club SMANSA" Farzan sudah memutar kursinya menghadap meja Gilang dan Rio.

Gilang mengangguk cepat. "Gue mau ikut banget."

Farzan mengangguk. "Lo gimana Yo?" tanya Farzan kepada Rio yang masih belum ikut menyahuti.

Rio membuang nafasnya kasar dan merapikan rambutnya. "Oke gue mau ikut juga."

"Oke deal ya. Nanti pulang sekolah kita ke sana," ucap Farzan yang diangguki oleh keduanya.

*****

"Semangat Nisa! Semangat!"

Ucapan semangat tak henti-hentinya Nisa berikan kepada dirinya sendiri. Doa pun tak lupa terus terucap dari bibirnya.

Memang gugup. Apalagi dia sudah naik tinggat dan pasti lawannya akan sedikit lebih sulit darinya. Dia harus bisa mengatur strategi yang pas untuk mengahadapi lawannya nanti.

Nisa mengatur nafasnya. Menghirupnya dan kemudian membuangnya. Ia melakukannya terus menerus. Kemudian ia mengambil posisi untuk melakukan pemanasan. Hanya melenturkan kakinya dan mengangkatnya setinggi kepala.

"Nisa...!" panggil seseorang dari arah belakang.

Nisa menoleh. Ia melihat Citra dan Indy yang sedang berlari kecil ke arahnya.

"Oh kalian udah dateng. Btw barusan apa dari tadi?" tanya Nisa sambil mengambil body di dalam tasnya.

"Iya nih. Gue dari tadi udah di suruh cepetan sama si Indy," ucap Citra sambil memutar malas bola matanya.

Indy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sambil menunjukkan deretan giginya yang putih.

"Habisnya gue nggak sabar banget. Takut kalo terlambat."

Nisa tersenyum dan kemudian menggendong tasnya sambil menenteng body yang ia bawa.

"Gue mau ketemu sama Sabeum dan yang lain. Kalian cari tempat aja dulu. Nanti pas giliran gue kalian videoin ya."

Keduanya mantap mengangguk dan mengacungkan jempolnya. "Sip. Oke deh pasti kalo itu mah."

Nisa mengangguk dan kemudian mereka bertiga meninggalkan tempat itu.

Diary Nisa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang